Berlatih Menulis Perlu Kualitas atau Kuantitas?




Hari ini adalah hari ke-18 saya mengikuti komitmen #ODOPNovemberChallenge untuk menulis setiap hari. Saya ini pada dasarnya adalah orang yang paling hobi pasang target tinggi di awal. Seperti target ingin 1000 kata sehari lah, target konten materi dengan kerangka tertentu lah, sampai target pageview. 

Tapi bagaimana hasilnya? Seringnya mogok kehabisan bensin di tengah-tengah. Betapa mudahnya saya pundung kalau target tidak terpenuhi. Setelah itu jadi malas dan rasanya tidak ada gunanya untuk melanjutkan lagi. Kejadian seperti itu selalu berulang.

Jadi ingat kutipan terkenal:
Insanity is doing the same thing over and over again, but expecting different result.

Bodoh banget lah kalau melakukan hal yang sama berulang kali, tapi ngarep hasilnya beda. Kalau saya kekeh pasang target tinggi di awal, rasanya kecil kemungkinan saya bisa lolos dari tantangan menulis setiap hari ini.

Memang sih inginnya setiap menulis itu hasilnya sempurna. Data lengkap, tulisan rapi, editing cakep, dan terpublikasi dengan baik. Hanya saja, bagaimanapun saya harus sadar bahwa itu semua perlu jam terbang. 

Mestinya saya sadar diri dengan jam terbang menulis saya selama ini. Blog aja banyak sarang laba-labanya karena kadang hanya disapu-sapu 2 minggu atau bahkan 1 bulan 1 kali. Eeww.... jorok ya.

Saya ingat dapat ilmu ini dari Dee Lestari. Bahwa jangan berharap tulisan itu hasilnya langsung bagus. Ada proses yang akan memoles sebuah tulisan jadi bagus.

Mending kuantitas atau kualitas

Kalau bicara soal blogpost yang sempurna, saya jadi berpikir lagi mengenai apa perlu kita menulis setiap hari? Banyak kok blogger kondang yang menulisnya cukup 1 minggu sekali, atau bahkan ada yang 1 bulan sekali.

Perlu nggak sih maksa 1 post sehari dengan hasil pas-pasan atau cukup 1 minggu sekali dengan hasil yang rada bagusan?

Mending kualitas atau kuantitas?

Ini juga sebuah pertanyaan yang pernah diajukan kepada YouTubers Edho Zell dalam acara Flashvlogging Februari 2018 lalu. Mending buat video setiap hari atau jarang-jarang tapi berkualitas?

Saat itu jawaban Edho Zell adalah “Tergantung tujuannya.” Jika perlu portfolio yang menunjukkan kualitas, ya utamakan kualitas. Namun jika tujuannya menyapa subscriber setiap hari biar tidak lupa dengan kita, ya utamakan kuantitas setor muka harian. 

Saya pikir kalau dalam menulis kita juga perlu tahu tujuan kita menulis blog ini untuk apa. Kalau saya sih sementara ini tujuannya adalah untuk berlatih menulis. Tanpa kuantitas yang cukup, saya tidak akan pernah maju-maju. 

Kualitas seperti apa yang bisa diharapkan dari orang yang hanya menyediakan waktu menulis seminggu sekali? Berbeda kasusnya kalau kita sudah jadi mastah.

Sebelum ada tantangan #ODOPNovemberChallenge, wah saya itu banyak banget mikirnya mau nulis. Kurang ini lah, kurang itu lah, akhirnya tidak ada tulisan satupun yang jadi. Maunya perfeksionis, eh ini malah zonk besar alias tidak melakukan apa-apa. 

Ketika memulai tantangan menulis di awal bulan ini, juga karena terinspirasi oleh Nas Daily yang tidak pernah berhenti membuat video 1 menitan selama 900 hari lebih, saya jadi bertekad untuk mengutamakan kuantitas dulu. Urusan kualitas, bisa ditunda. 

Target utama diletakkan seminimal mungkin pada bulan-bulan pertama. Pokoknya cukup punya 1 tulisan terpublish setiap hari! 

Dari sini saya akan belajar bagaimana mengatasi rintangan kemalasan, kemampuan menyediakan waktu untuk menulis, menemukan ide dan merangkai kata setiap hari. Dan tentu saja saya harus melakukannya dengan senang hati. Bukan memaksakan diri dengan rasa tidak nyaman. 

Setidaknya sampai hari ke-18 ini, saya masih merasa bisa menikmati keasyikan menulis di blog. Eh ternyata bisa juga saya! Coba dari dulu ya mulainya.

Memang sih secara waktu, saya masih kesulitan bisa menyiapkan jam menulis di pagi hari. Hingga hari ini, mayoritas jam menulis masih malam. Ini kurang baik karena saya tidak pada posisi puncak untuk menulis. Saya berharap di hari kedepan, jam menulis bisa bergeser di saat hari masih terang agar tulisan bisa lebih optimal kualitasnya.

Tapi ya itu ya, harus sabar dan tidak memaksakan diri juga. Pelan-pelan asal selamat dan pintar-pintar berstrategi untuk bisa memenangkan komitmen terhadap diri sendiri. Di sini saatnya sifat ingin sempurna di simpan dulu biar tidak menjadi beban.




#ODOPNovemberChallenge
640 kata, 1 jam

Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Berlatih Menulis Perlu Kualitas atau Kuantitas?"