Mungkinkah Tetap Menulis Saat Lelah?

 

menulis saat lelah

Hari ini sudah tanggal 27. Sudah 27 hari Kelas Literasi Ibu Profesional membuka form setoran untuk diisi oleh teman-teman peserta yang telah mendaftar. Pada hari penutupan terdaftar 369 orang yang akan berjuang untuk bisa konsisten menulis hingga akhir tahun.

Sayangnya hingga hari ini, ternyata belum semua orang sudah mulai menulis. Masih ada 90-an orang yang belum mengumpulkan tulisan satu pun. 

Kalau diikuti, menulis itu - apalagi buat yang belum terbiasa - memang cukup berat. Rasanya kok selalu ada saja kegiatan yang perlu dilakukan selain bisa duduk manis di depan laptop untuk menulis. 

Ya urusan dapur lah, urusan nemenin anak-anak ngobrol lah, urusan ibadahlah, sampai ke urusan mau bobo siang dulu. Ini belum lagi kita bahas soal nonton drakor atau sosmed-an ya. Urusan para Mamah ini memang bisa ngalahin manajer kantoran.

Alhasil, kegiatan menulis mendapat porsi di penghujung hari seperti saya selama ini. Posisi sudah begitu lelah. Sudah sisa-sisa waktu. Dalam kondisi tersebut, apa saya perlu terus memaksakan diri menulis, atau santai saja menundanya untuk dikerjakan besok saja saat tidak capek?

Tapi ya berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun menulis, kalau kita menulis selang-seling itu bawaannya malah sulit. Dibandingkan dengan kita menulis terus menerus secara konsisten tanpa jeda. Walau hanya sekedar 15 menitan saja. 

Jalan ninja saya adalah menulis lepas atau free writing kalau merasa terlalu berat untuk bisa menulis sesuatu yang terstruktur dengan baik. Bagaimanapun juga, memang perlu pemikiran extra kalau kita akan menulis sesuatu yang cukup layak dibaca orang lain. 

Tahun ini saya memutuskan untuk mengusahakan mempublish 1 tulisan setiap hari di blog. Sebenarnya saya mau belajar strategi manajemen konten sih. Bagaimana caranya bisa menulis sekali banyak dengan sistem bactching. Ada saatnya buat outline, saat buat draft, saat buat gambar, saat editing, dan tentu saja saat liburan saja tidak menulis. Tapi tulisan tetap bisa tayang teratur setiap hari. Keren banget nggak sih kalau bisa! 

Saya ingin muntuk membuat tulisan yang tidak model ‘fresh from the oven’ seperti yang biasa saya kerjakan. Menerbitkan tulisan yang masih panas-panasnya. Belum diedit dengan benar. Begitu jadi, langsung dipublish begitu saja. Menurut saya ini tidak ok. 

Sayangnya sampai hari ini masih itu yang terjadi. Ah… ini masih Januari. Perjalanan hingga Desember masih panjang. Masih banyak yang bisa saya pelajari untuk mengatur strategi dengan lebih baik.

Yang menjadi masalah adalah, bagaimana caranya harus menulis sementara badan sudah lelah dan mengantuk? Mending tidur atau menulis? Katanya kan kita tidak perlu memaksakan diri. 

Setuju sih saya. Tidak akan bagus hasilnya kalau kita memaksakan diri dan bekerja asal-asalan. Tapi gimana dong, kan tetap kepengen menulis juga. Jadi ya udah deh, pilihlah menulis yang menyenangkan hati saja. Menulis bebas, tanpa perlu banyak aturan ini itu seperti sekarang. 

Kalau targetnya seperti itu, maka menulis menjadi menyenangkan. Walau dilakukan saat lelah sekalipun. 

Nggak percaya? Cobain sendiri deh. 

(450 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Mungkinkah Tetap Menulis Saat Lelah?"