Tak Kenal Maka Taaruf, Pandangan Hidup Seorang Shanty

pandangan hidup shanty

Yeay….akhirnya di awal Januari ini saya ketemu juga topik ideal untuk membuka tulisan di tahun 2022. Kebetulan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Januari memilih topik narsis yang ringan-ringan saja. It's about me, Shanty Dewi Arifin.

Tulisan ringan, tapi nggak gampang. Karena sebenarnya about me itu tergantung kepada siapa kita ingin memperkenalkan diri dan apa tujuannya. About me di LinkedIn, di blog, di sosial media, atau kenalan sama orang baru yang lagi ngantri di rumah sakit tentunya beda lah ya informasi yang perlu disampaikannya. 

Setiap draft blog post yang saya buat tahun ini selalu dimulai dengan pertanyaan apa gunanya artikel ini untuk pembaca. Apa alasannya pembaca perlu buang-buang waktu 2-5 menit untuk baca blog post ini? 

PR banget nggak sih? Dalam rangka apa orang bisa dapat manfaat dari mengenal seorang Shanty? Shanty yang follower IG-nya masih di angka 1000-an dan tulisan di blognya bolong selama 2 bulan terakhir. 

There must be something! 

Pasti ada nih hal-hal yang berguna dari mengenal seorang Shanty yang punya sepaket kelebihan dan kekurangan. 

Ada yang melihat saya keren luar biasa. Ada yang melihat saya payah banget. Sebenarnya saya menilai diri saya ya so-so aja. Somewhere in between. Memang paling nyaman ketika kita dikenali orang yang bisa melihat kelebihan dan kekurangan kita secara seimbang. 

Salah satu kebanggaan saya sama diri sendiri adalah cara pandang saya yang easy going. Ini beneran ilmu penting yang bikin hidup saya terasa ringan dan nyaman. 

Jadi dalam tulisan ini, saya akan membagi beberapa cara pandang saya yang mungkin bisa jadi inspirasi buat teman-teman untuk bisa lebih menikmati hidup. 

Shanty dan Bersyukur 

perlunya bersyukur

Salah satu ayat favorit saya dalam Al Quran adalah QS Ibrahim 14:7 yang menyebutkan:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Aku akan menambah nikmat kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Salah satu nikmat penting dalam hidup ini adalah kemampuan untuk bisa bersyukur. Percaya nggak, nggak semua orang bisa dapat nikmat untuk bisa bersyukur. Padahal kalau kita lihat di atas kertas, mereka memiliki segalanya. 

Hidup saya tidak pernah terlalu sempurna. Namun saya selalu merasa punya begitu banyak hal untuk bisa disyukuri. Ini yang membuat saya merasa cukup. Bahkan sering kali merasa jadi orang paling kaya di dunia, walau dengan kondisi uang di dompet pas-pasan. 

Syukur masih ada rumah mungil yang bisa dibersihkan. 

Syukur masih ada piring yang bisa dicuci. 

Syukur masih ada makanan yang bisa dimasak. 

Syukur masih ada buku yang bisa dibaca. 

Syukur masih ada film yang bisa ditonton. 

Syukur masih ada anak yang bisa dipeluk dan dicium. 

Syukur masih ada suami yang bisa goreng tahu dan tempe sendiri saat kelaparan dan istrinya lagi malas. 

Alih-alih mengeluhkan keterbatasan yang ada, saya memilih melihat begitu banyak kelebihan yang masih dititipkan saat ini.

Karena bisa saja, kelebihan-kelebihan ini diambil kembali dengan mudahnya.

Mengeluh kelelahan membersihkan rumah. Gimana kalau rumahnya diambil saja? 

Repot ngurus anak. Gimana kalau anaknya diambil aja? 

Ngeluh suaminya tidak peka dan pemalas.  Gimana kalau suaminya diurus orang lain aja?

Ya Allah, jangan dong. Eh tapi kalau Allah mau mengambilnya kembali, kita hanya bisa menerima setiap ketentuan-Nya. Itu sebabnya, selama masih dipercaya untuk titipan-titipan indah ini, mari kita syukuri dengan sebaik-baiknya.

Shanty dan Istigfar

the power of istigfar

Saya percaya kalau manusia itu paling lemah pada 7 hal. Kemalasan, keserakahan, kemarahan, keirihatian, kesombongan, kerakusan pada makanan, dan nafsu seks. Nggak rakus dan nafsuan, eh tapi pemarah. Nggak pemarah dan irian, eh tapi malah sombong. Pokoknya ada aja celah masuknya godaan setan melalui 7 pintu itu. 

Itu makanya saya paling hobi yang namanya istigfar. Menyadari kalau diri ini banyak salah. Bukan salah orang lain. Tapi salah yang saya buat sendiri. Kemampuan untuk bisa melihat kesalahan diri sendiri dan memperbaikinya itu menghasilkan kekuatan yang luar biasa. 

Memang saya benar! Tapi bisa jadi orang lain juga ada benarnya.

Dia salah! Tapi bisa jadi saya juga ada salahnya.   

Salahnya orang lain, saya percaya itu akan ditanggung sendiri oleh orang tersebut. Cepat atau lambat. Begitu juga kesalahan saya. Ketika saya tidak menyadarinya saat ini, suatu saat nanti saya pasti akan ditegur juga. 

Jadi selagi ingat, banyak-banyak istigfar. Mohon petunjuk agar dibantu melihat mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang bisa saya perbaiki, mana yang diluar kuasa saya. 

Itu sebabnya saya sendiri jarang marah sama orang lain. Ada juga orang lain yang mudah kesel sama saya. Ha…ha… 

Shanty dan Mengeluh

curhat dengan menulis

Bersyukur itu apa artinya kita tidak boleh mengeluh dalam hidup? Ya tidak juga sih. Hidup ini bisa jadi ada kalanya terasa sangat berat. Apalagi saat belum perut kosong dan dompet tipis. 

Hanya saja yang namanya mengeluh itu kalau menurut saya tujuannya harus jelas. Untuk mencari solusi! Bukan malah memperburuk keadaan. 

Itu sebabnya saya lebih suka mengeluh di atas kertas. Mengeluh di atas kertas membantu saya melihat masalah dengan lebih jelas. Sebenarnya saya itu mau apa sih? Pengen diperhatikan? Lagi mau marah aja? Perlu dibeliin buku baru? Atau sekedar pengen bobo siang tanpa diganggu aja? 

Setelah semua dicurahkan di atas kertas, biasanya solusi sebuah masalah akan lebih mudah terlihat. Jauh lebih efektif dibandingkan curhat menghabiskan waktu orang lain, yang kemudian menyarankan hal-hal yang tidak masuk akal karena mereka tidak benar-benar tahu kondisi kita. 

Karena kadang curhat itu bukan karena kita ingin mendengar pendapat orang lain. Tapi karena kita ingin pendapat kita - yang bisa jadi salah - dibenarkan. Padahal bisa jadi loh pendapat kita beneran salah. Tapi begitu orang lain yang mengatakannya, kita cenderung marah. Kita menjadi lebih defensif. Beda kalau kita yang bisa melihat sendiri sisi berbeda dari sebuah persoalan dengan cara menuliskannya. 

Shanty dan Angka

number in shanty's life

Saya tidak punya angka rahasia yang harus ditutupi. Saya kelahiran 1975 dan berumur 46 tahun saat ini. Umur yang relatif. Bisa dianggap tua kalau dibandingkan dengan mereka yang kelahiran 80-an atau 90-an. Tapi tentu masih sangat muda bagi mereka yang kelahiran 60-an atau 50-an. 

Age is just a number.

Buat saya identitas umur seseorang itu penting untuk membantu mengenali seseorang dengan lebih baik. Ngobrol dengan orang seumuran, tentunya beda dengan ngobrol dengan mereka yang lebih muda atau yang lebih senior.

Angka lain yang saya santai aja membaginya adalah berat badan. Berat badan saya mentok di 45 kg sejak bertahun-tahun lalu. Walau masih tetap berusaha sekedar dengan doa agar bisa sampai di berat badan ideal 55 kg. 

Bukan apa-apa sih, sekedar kepengen bisa ikutan donor darah seperti orang-orang. Selama ini hanya bisa berterima kasih ke orang-orang yang setiap bulan sudah bersedia rutin mendonorkan darah ke Papa karena Hb-nya yang rendah. Jadi nazarku tu kalau bisa memiliki BMI normal dan sehat, adalah ikutan donor darah. Amin…Amin…

Shanty dan Kematian

mengingat kematian

Kematian juga bukan perkara yang saya tabukan untuk dibicarakan. Karena semua orang pasti akan mati. Dibicarakan atau pun tidak dibicarakan, semua orang sudah punya waktunya masing-masing. 

Waktunya memang rahasia Ilahi, tapi yang bisa dilakukan adalah mengisi waktu yang ada untuk menunaikan tugas-tugas yang diamanahkan ke kita. 

Saya ingin diingat sebagai apa kalau sudah tiada?

Banyak orang berpikir kalau saya adalah orang yang serius. Nggak bisa bercanda. Tapi saya selalu merasa orang-orang terdekat saya selalu bisa menertawakan kebodohan-kebodohan yang saya buat. 

Dari situ saya berpikir, saya memang kepingin kalau sudah tiada, orang akan mengingat momen-momen yang bikin mereka ketawa terbahak-bahak. Nggak usah pakai nangis-nangis. Mari ingat bagian yang lucu-lucunya saja. 

Dan momen-momen seperti ini biasanya sangat natural dan pribadi. Entah itu dengan suami, anak-anak, adik-adik, orang tua, hingga teman-teman dekat. Jadi kalau kalian punya momen kocak dengan saya, itu artinya kamu adalah teman dekat saya.  Thank you for being my friend!

Penutup

Berhubung sudah 1000-an kata, taaruf kita cukupkan dulu sampai di sini ya. Kasihan, khawatir teman-teman eneg bacanya kalau kepanjangan. Terima kasih sudah mau mampir dan membaca tulisan ini. 

Banner Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog
Tulisan ini dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog Januari dengan tema Tentang Dirimu Mamah Gajah



Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

4 komentar untuk "Tak Kenal Maka Taaruf, Pandangan Hidup Seorang Shanty"

Comment Author Avatar
Salam kenal lagi mbak Shanty. Kirain aku soal Shanty dan angka adalah kalau mbak suka banget sama statistik, berapa yang ini tahun ini atau berapa yang itu bulan itu ��

Menarik mbak soal tujuh kelemahan manusia. Dulu Papaku punya buku judulnya tujuh dosa maut, https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_dosa_pokok.
Comment Author Avatar
Mba Shanty. :). Wah saya kok seneeng amat ya membacanya. Sekaligus menjafi pengingat buat saya untuk terus bersyukur akan hal-hal kecil yang tidak saya rasakan. Alhamdulillah.

Saya juga jadi mendapat ilham dari Mba Shanty untuk senantiasa mengucap istighfar. Karena, godaan itu nyata. :(. Those 'seven sins' memang berat dan harus dikendalikan. Selain itu, saya kadi keingetan filmnya Brad Pitt yang judulnya SEVEN ehehe.

Oiya Mba Shanty, tetap stabil di 45 kg, bagus Mba. Yang penting sehat walafiat, size dont matter. Ehehe.

Salam kenal (lebih lengkap) Mamah Shanty :)
Comment Author Avatar
Halo Teh Shanty, seneng deh baca tulisan ini. 1000 kata terasa singkat saja, saking menikmati bacanya. Terima kasih sudah mengijinkan pembaca blog untuk taaruf.hihihi.

Saat teh Shanty berusaha menaikkan berat badan, saya susah menurunkan.hehehe. Setuju sama the Shanty. Bersyukur untuk saya pribadi bisa mengubah pandanhan dan jadi kunci kebahagiaan hidup :)
Comment Author Avatar
Halo teh Shanty, salam kenal! Baca tulisan teteh rasanya kayak baca tulisan teman yg ga jauh beda usianya, padahal teh Shanty hampir seusia mama saya 🤭

Banyak banget reminder yg saya dapat dari tulisan teteh. Utamanya soal marah: kurang istigfar dan gak bisa membedakan mana yg bisa dikendalikan dan nggak. Semoga saya bisa seselow teteh dalam menjalani kehidupan ya.

Sehat dan sukses selalu, Teh Shanty :D