5 Alasan Dilan dan Milea Lebih Baik Berpisah
Sumber: Trailer Dilan 1990 Falcon Picture |
Coba ngacung siapa yang sudah termasuk sebagai 6 juta penonton film Dilan Milea 1991?
Setelah bertahan hingga 28 hari, akhirnya saya menonton Dilan juga di bioskop. Sebuah perjalanan panjang akhirnya saya memutuskan untuk menonton film Dilan. Pertama kali saya kenalan sama Dilan adalah dari bukunya ketiganya Milea Suara dari Dilan (Pastel Books Mizan, 2016). Buku ini berisi tentang isi hati Dilan terhadap Milea. Asli, nggak ngerti saya mengapa Milea bisa suka Dilan.
Banyak orang yang suka Dilan, menyarankan untuk baca dulu buku kesatu dan keduanya. Siapa tahu kalau baca buku dari sudut pandang Milea bisa lebih mengerti. Saya pun nurut baca buku kesatu dan kedua. Ehm… masih nggak terlalu paham juga.
Mungkin karena emak-emak, loadingnya rada lambat. Tau sih Dilan itu unik dan lucu. Senyum-senyum jaim juga baca 3 novelnya. But so what? Banyak orang lain yang unik dan lucu juga. Anak saya misalnya. Ha….ha…, jadi kesimpulannya si Mamah ini nggak terlalu gimana-gimana gitu deh sama Dilan. Lempeng aja.
Terus katanya ada filmnya. Orang-orang heboh saat premier. Review pun bertebaran dengan pengakuan tante-tante yang pada ter-Dilan-Dilan. Sejujurnya, saya sih nggak hobi nonton film di bioskop. Daripada beli tiket bioskop saya kok ya lebih suka beli buku. Lebih awet nikmatnya. Lagian nonton bioskop dengan punya anak dibawah 13 tahun 2 orang itu nggak terlalu asyik. Pilihan film yang terbatas, menghabiskan banyak waktu, nggak bisa nonton sambil nyetrika, filmnya nggak bisa di pause karena mau buat teh dulu. Nunggu 6 bulan - 1 tahun sampai filmnya turun di TV Kabel masih bisa kok. Itu sebabnya mengapa nonton bioskop belum masuk daftar hobi.
Akhirnya ada 1 review yang bikin saya akhirnya memutuskan uji nyali buat nonton film Dilan. Review gokilnya Teepie. Nah kalau reviewnya kaya gitu, mau juga deh nonton film Dilan. Sambil kita lihat, apa yang menyebabkan para Tante pada Dilan-da kebaperan yang nggak abis-abis.
Kisah Cinta Dilan dan Milea
Walau saya nggak punya pengalaman pacaran atau cinta-cintaan kaya Dilan dan Milea di SMA, tapi entah kenapa saya ikutan merasakan sweet-nya kisah cinta 2 anak manis ini. Dapat banget lah emosi yang ingin disampaikannya. Entah apa ada perempuan yang nonton Dilan dan nggak menganggap ini film manis yang sangat menyentuh emosi.
Tapi sebagai emak 2 anak yang sudah menikah selama 11 tahun, ehm…saya kok rasanya bisa melihat bahwa ini tipe pasangan yang nggak akan langgeng kalau menikah. Coba teman-teman yang sudah menikah selama minimal 5 tahun, apa bisa melihat hal itu juga?
Yang masih remaja, jangan gampang baper ya dikasih tahu begini sama emak-emak. Kisah cinta seperti Dilan-Milea itu memang manis dan bagus dalam frame yang singkat. Let see 1-2 tahun. Seperti juga kisah Dilan-Milea dalam novelnya. Selanjutnya kan mereka putus. Ini bukan spoiler ya, karena bukunya sudah laku ratusan ribu copy dan mestinya sudah pada tahu semua.
Saya hanya ingin menyampaikan apa indikator yang membuat saya bisa menebak tipe Dilan dan Milea ini tidak akan langgeng jika menikah. Ini sekedar jadi bahan pertimbangan saja buat kamu-kamu yang pacaran di masa SMA.
#1 Dilan suka Milea hanya karena cantik
Milea itu cantik. Itu mutlak.Sejumlah adegan menguatkan hal ini. Mulai dari banyaknya orang yang naksir Milea, ibunya Dilan yang terpesona dengan kecantikan Milea, sampai pujian jujur dari Dilan. Ketertarikan fisik pada laki-laki di umur segini memang sangat wajar. Hanya karena kecantikan seorang perempuan, laki-laki rela melakukan apapun.
Sayangnya, faktanya kecantikan perempuan tidak bertahan selamanya. Ini memang kebenaran yang sangat menyakitkan. Seiring waktu, kecantikan perempuan bisa luntur karena kesibukannya mengurus anak, kurang sempat merawat diri, dan banyak hal.
Kalau laki-laki hanya bisa melihat kelebihan seorang perempuan dari kecantikan fisiknya saja, dia pasti akan kecewa. Perlu kualitas lebih untuk mencintai seorang perempuan selain karena fisiknya. Apakah seorang perempuan itu humoris, pintar, keibuan, empati, dan sejenisnya. Karakter baik yang tidak lekang oleh umur. Ini yang membuat pernikahan seseorang langgeng, bukan sekedar cantik.
Tinggal tunggu waktu, Dilan bosan sama Milea yang tiap pagi ngomel melulu karena Dilan taruh handuk basah di kasur atau nggak bisa bantu ganti popok anak.
#2 Milea mendua
Milea ini kok ya bisa-bisanya selingkuh hati dengan Dilan, padahal ia punya pacar di Jakarta. Benny itu statusnya beneran pacar loh, bukan sekedar kecengan. Tapi Milea begitu menikmati kebersamaannya dengan Dilan.Bibit-bibit kemungkinan selingkuh seperti ini sangat berbahaya dalam kehidupan pernikahan. Kalau memang tidak suka dengan Benny, ambillah keputusan untuk segera memutuskan Benny. Sebelum beralih ke lain hati.
Nggak ada jaminannya kedepannya Milea akan pindah ke lain hati dengan cara yang sama.
#3 Dilan emosian
Melihat bagaimana Dilan memukul gurunya atau temannya, itu menunjukkan betapa emosiannya Dilan. Memang bisa dimengerti kemarahan Dilan, ditambah dia juga masih anak SMA. Tapi bagaimana pun ini menunjukkan Dilan belum dewasa dalam mengontrol emosinya.Ini sangat berbahaya dalam sebuah kehidupan pernikahan yang akan mengalami beragam macam persoalan. Diperlukan 2 manusia yang sama-sama bisa berpikir jernih dan tidak emosian dalam menyikapi masalah.
Kalau yang satu lagi marah, yang lain nyimak dulu. Jangan dua-duanya ngamuk-ngamuk dan teriak-teriak. Mana bisa beres masalahnya.
#4 Milea suka maksa
Kalau masih SMA sih, masih bisa maksa-maksa orang melakukan sesuatu yang kita nggak suka. Misalnya seperti saat Milea melarang Dilan untuk ikut acara geng motor.Faktanya, laki-laki nggak bisa dilarang dengan seperti itu. Satu dua kali mungkin bisa. Tapi selanjutnya kemungkinan besar Milea akan dibohongi, dan Dilan akan pergi diam-diam.
Dalam pernikahan pun, nggak ada ceritanya saling memaksakan keinginan. “Pokoknya harus begini! Kalau nggak kita cerai.” Wah ini alamat akan ada yang berbohong dan bubar deh.
#5 They are too sweet and young
Mereka ini kan baru SMA. Kalau udah kuliah atau tinggal beberapa bulan kedepan akan menikah, mungkin lain ceritanya.Sesuatu yang terlalu manis seperti ini, entah kenapa umurnya emang nggak bisa lama. Giung itu nggak enak. Akhirnya bikin sakit gigi.
Pasangan yang langgeng itu kalau saya lihat, seperti misalnya Ainun dan Habibie, nggak too sweet. Tapi cukup sweet aja. Mencintai sewajarnya. Bisa melihat kelebihan dan kekurangan pasangan dan menerimanya dengan sehat. Nyaman dan santai aja menjalaninya.
Tapi mungkin ini semua adalah masalah waktu. Semakin dewasa, kita akan lebih bisa melihat pasangan yang pas untuk menemani hidup kita. Jodoh itu benar-benar rahasia Ilahi.
#1 Menghibur dengan cara yang sederhana
Saya mah nggak gitu suka tema film cinta-cintaan anak SMA. Terlalu dangkal. Cinta sebenarnya its so far beyond that. Penuh filosofis tingkat dewa. Yang nggak akan keotakan buat anak SMA.Nah tapi ini yang bikin film ini menarik. Dangkal dan sederhana. Nggak perlu mikir rumit-rumit. Kita akan diajak menikmati kesederhanaan dalam hidup. Sekedar makan kerupuk aja, bisa serasa makan steak mahal di cafe.
#2 Dilan itu jujur
Dilan itu bukan Rangga yang misterius dengan sorot mata yang tajam dan serius. Dilan itu bukan Fahri yang alim tingkat dewa. Dilan bukan Mas Boy yang kaya raya. Dilan juga bukan Lupus yang konyol dengan permen karetnya.Dilan adalah hanya anak SMA biasa dengan kelebihan dan kekurangannya. Yang kebetulan jatuh cinta pada seorang Milea yang cantik. Yang menyatakan cintanya yang unik. Yang marah ketika harga dirinya terusik. Yang manis pakai banget. Udah itu saja.
#3 Sinematografi yang bagus
Saya sih nggak punya ilmu film, tapi saya suka sudut pengambilan gambar dalam film ini. Gambar dari film ini cantik-cantik dan enak sekali untuk ditonton di bioskop.Buat saya salah satu alasan nonton film ke bioskop jika gambarnya memang perlu ditayangkan di layar lebar. Seperti film dengan efek khusus atau film yang sudut pengambilan gambarnya tidak biasa. Dalam film ini, Bandung kelihatan cantik banget. Padahal aslinya ya nggak gitu-gitu amat sih. Tergantung lihatnya di kecamatan mana. Ha…ha…ha…
#4 Lucu
Ini film lucu! Skenarionya ditulis buat bikin kita ketawa atau minimal senyum-senyum sendiri. Repotnya senyum-senyum sendiri ini awet kebawa-bawa sampai berhari-hari kemudian. Bisa jadi ini yang bikin pengen kita nonton Dilan lebih dari 1 kali.#5 Its so us…
Walau saya nggak punya pengalaman pacaran semasa SMA seperti Dilan dan Milea, tapi film ini seperti menyentuh kebutuhan kita untuk disayang dan menyayangi. Semua orang senang disayang dan menyayangi. Walau tentu saja ada batas-batasnya.Teman-teman sendiri bagaimana perasaannya melihat kisah cinta Dilan-Milea? Pernah punya pengalaman yang sama kah? Jadi penasaran, apa ada yang kisah cinta SMA-nya seperti ini dan langgeng pernikahannya hingga di atas 10 tahun?
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Ayah Pidi Baiq yang sudah menciptakan tokoh Dilan yang unik untuk menghibur kita semua. Its a great job!
Baca juga: Keluarga Cemara
Sudah bergabung dengan 6,2 juta penonton Dilan? Sumber: Instagram Falcon Picture |
9 komentar untuk "5 Alasan Dilan dan Milea Lebih Baik Berpisah"
Saya ga pernah baca buku Dilan, tapi tau spoiler kalau nanti mereka bakal putus. Dilihat2 di film sih rasanya memang begitu, awal2 terasa manis tapi ada beberapa hal yang berpotensi jadi bahan pertengkaran mereka di kemudian hari kalau sifat keduanya terus begitu.
Di sisi lain Dilan ini emang so sweet dengan cara2 yang sederhana dan ga perlu banyak biaya ya. Lihat anak2 sekarang pacaran kan suka beliin kado barang yang mahal untuk pacarnya, makan di tempat mahal, dsb.
Believed or not,saya mah nonton Dilan dipaksa sama suami yg udah baca novel2nya dari dulu (nggak tahu saya malah lagi nggak minat baca novel. Terakhir dulu baca seri Harry Potter aja sampe tamat)...Penasaran katanya dia sama visualisasinya. Yo wis...kita pulang nonton dia nggak komen apa2 sih. Cuma suka lagu2nya aja katanya. Buat generasi kita, bacaan memang seringnya belum bisa tergantikan oleh film ya...Imajinasi pribadi dari bacaannya itu lho, nggak bisa dikopi sama yg lain...😁