Perjalanan panjang menembus PPDB SMP 2019 di Bandung (Bagian 3)

Zona Kombinasi di PPDB 2019

Setelah di bagian pertama cerita tentang Alternatif pendidikan yang bisa ditempuh di jenjang SMP dan bagian 2 mengenai Strategi meraih nilai UN tinggi dalam rangka bisa masuk sekolah negeri, sekarang kita lanjut dengan aturan PPDB yang selalu gonta-ganti tiap tahun ini.

Di akhir Maret 2019, kami menghadiri seminar motivasi ke-2 dari Bimbingan Belajar Ganesha Operation (GO) untuk siswanya di Sabuga ITB.

GO ini memang mengadakan 3 kali seminar motivasi untuk siswa reguler mereka setiap tahunnya. Sekali di awal tahun ajaran, sekali di pertengahan dan sekali di akhir untuk strategi menghadapi PPDB.

Kami yang mendaftar untuk ikut program khusus 500 ribuan itu, dapat juga jatah ikut Seminar Motivasi ke-2 dan ke-3. Lumayan lah buat sekedar ikut nguping informasi.

Di seminar ke-3 ini lah, informasi mengenai aturan PPDB 2019 yang berbeda dari tahun sebelumnya disampaikan.

Tidak ada lagi 5 sekolah yang memiliki jalur akademis yang tidak ditentukan oleh jarak. Sekarang semua sekolah tanpa terkecuali menggunakan 90% jalur zonasi murni.

Dan parahnya, kota Bandung dibagi ke dalam 4 zona. Di mana anak-anak tidak boleh memilih sekolah di luar zona domisili mereka.

Sumber: Buku Saku PPDB 2019 Disdik Bandung


Hiks...bye bye mimpi bisa sekolah di SMPN 5 dan SMPN 2 Bandung yang terletak di Zona A, sementara kami tinggal di Zona C. Nangis bombay deh.

Tapi nangisnya nggak bisa lama-lama. Life must go on.

Setelah seka air mata, ternyata ada opsi indah yang bisa dilirik. Kezaliman zonasi murni tanpa melihat nilai UN seperti tahun 2018 DIREVISI.

Tahun 2019 ada yang namanya jalur kombinasi dengan kuota 20%. Pembobotan jalur kombinasi adalah 60% skor jarak ditambah 40% nilai UN.

Jadi nilai UN tetap ada harganya. Secercah harapan bagi orang yang rumahnya di atas angka 1 km seperti kami.

Ayo Nak, mari kita lanjutkan perjuangan. Hasil tidak akan menghianati usaha.

Sumber: Buku Saku PPDB 2019 Disdik Bandung

Sering mengikuti Try Out

Ikhtiar lain yang kami lakukan adalah mengikuti sejumlah Try Out dalam rangka berlatih suasana ujian dan mengukur kemampuan dalam skala kota.

Sepanjang November 2018 - April 2019, Raka mengikuti 9 kali TO. Kisaran nilai yang didapatnya adalah 176 hingga 268 di skala 300 untuk 3 pelajaran. Grafiknya sih naik turun. Bukan konsisten menaik.



Nilai ini masih di bawah target nilai incaran 280.

Bukannya malah mengetatkan jam belajar anak, sekitar 1 bulan menjelang USBN, Raka mulai saya bebaskan untuk bermain game.

Sebelumnya sejak Januari - Februari, Raka benar-benar meng-uninstall dan tidak main game sama sekali. Hanya nge-You Tube saja.

Pertimbangan saya, Raka sudah eneg banget dengan soal UN. Saya tahu dia cukup pintar dan sudah paham dan ngelotok materi SD. Saya kira itu sudah cukup.

Sekarang tinggal bagaimana dia bisa relaks dan tenang menghadapi ujian. Kan repot kalau dia sampai tegang saat ujian. Bisa bubar semua nantinya.

Raka itu paling suka pelajaran Matematika. Saya minta dia fokus saja sama Matematika dan mengusakahan nilai itu sempurna. Yang lainnya biarkan saja. Apalagi Bahasa Indonesia yang menurut Raka soalnya sangat aneh dan maha susah.

Buat Raka, Matematika adalah teman yang sangat asyik dan baik. IPA itu lumayan lah. Nah si Bahasa Indonesia ini yang nakal dan menyebalkan sekali.

Ini wajar sih, karena Raka memang nggak suka membaca buku dan menulis. Kemampuan Bahasa Indonesia itu menurut saya erat kaitannya dengan praktek menulis dan membaca.

Anak sekarang kan lebih mudah mencerna sesuatu yang diterangkan dalam bentuk video di You Tube daripada harus membaca atau menulis.

Kalau dia bisa mengerjakan Bahasa Indonesia dengan agak baik, Raka suka bilang, “Bahasa Indonesianya sudah agak penurut, Ma. Nggak nakal lagi.”

USBN 2019

Bulan April pun tiba. Benar-benar rangkaian ujian untuk anak kelas 6 sepanjang bulan April ini. Di mulai dari Penilaian Akhir Tahun di awal April, Ujian praktek, Ujian sekolah, hingga puncaknya USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) pada 22-24 April 2019.

Alhamdulillah Raka menjalani USBN dengan tenang. Saat hari ujian, dia bilang dia menghabiskan 2 jam waktu di kelas untuk mengecek ulang 2 kali semua jawabannya. Menurut dia sih soalnya tidak terlalu sulit. Nggak lebih sulit daripada try out - try out yang biasa diikuti.

Informasi dari Disdik Bandung

Masih ada waktu 1 bulan menunggu hasil USBN keluar.

Jadi ngapain nih kita?

Sebenarnya tidak terlalu banyak yang bisa kita lakukan ketika nilai belum di tangan. Kan beda strateginya kalau nilai rerata 90-an dengan nilai rerata 60-an.

Tapi kami harus mulai memastikan dulu sekolah mana yang akan jadi pilihan. Alhamduillah Disdik Bandung menyediakan buku saku dan aturan yang sangat jelas di websitenya. Saya merasa sangat terbantu banget dengan rapinya informasi ini.

Dari buku saku bisa dilihat pembagian zona sekolah, sekolah mana saja yang berada di tiap zona, kuota masih-masing sekolah untuk tiap jalur, skor jarak, skor prestasi, cara menghitung jarak rumah ke sekolah, dan lainnya. Semua lengkap di sana.

Good job Disdik Bandung!

Sumber: Buku Saku PPDB 2019 Disdik Bandung


Apalagi Disdik Bandung mengadakan 2 kali live chat di IG pada tanggal 10 dan 16 Mei 2019. Maklum ibu-ibu, ada aja yang perlu ditanyain walau informasinya sudah cukup jelas.

Berikut beberapa pertanyaan yang sempat saya catat:

#1 Kapan pengumuman USBN SD?

Jawab:

Sekarang sedang didistribusikan. Beda-beda tiap sekolah. Yang pasti paling lambat sebelum 23 Mei saat pembukaan PPDB anak-anak sudah dapat hasilnya.


#2 Di mana kita bisa lihat data jarak penerimaan tahun lalu? 
Katanya tahun lalu ada sekolah yang hanya menerima siswa dengan radius 800m saja.

Jawab:

Memang datanya tidak dipublikasikan karena tahun sekarang memakai sistem yang berbeda dengan tahun lalu.


#3 Di mana bisa lihat kuota tiap sekolah SD dan SMP?

Jawab:

Ada lengkap data sekolah berdasarkan zona dalam juknis dan buku saku PPDB 2019 yang bisa didownload di website disdik Bandung.
http://disdik.bandung.go.id/ppdb2019/index.html

Catatan:
Disdik Bandung hanya mengurus PPDB TK, SD dan SMP. Untuk SMA dan SMK langsung dengan Disdik Provinsi Jabar.


#4 Apa yang harus kita lakukan kalau ditawari membayar sejumlah uang agar bisa diterima di sekolah tersebut? 
Katanya tahun lalu hal seperti ini marak terjadi.

Jawab:

Foto orang yang mintanya, printscreen atau rekam permintaannya.

Karena tahun lalu banyak yang nangis-nangis sudah bayar jutaan tapi anaknya nggak masuk. Ternyata itu bukan orang dari Diknas atau pun pihak sekolah. Karena sekolah tidak boleh meminta bayaran untuk PPDB.

Diminta untuk tidak melakukan praktek suap seperti ini!


#5 Apakah anak harus ikut saat pendaftaran PPDB ke sekolah?

Jawab:

Nggak harus. Kasihan anaknya nanti panas-panasan saat puasa. Yang penting datanya lengkap.


#6 Kenapa sih zona kombinasi nggak banyak? 
Kan anak-anak jadi merasa nggak perlu belajar karena yang penting rumahnya dekat sekolah.

Jawab:

Nilai USBN hanya diambil dari 3 hari ujian saja. Bisa jadi ada yang mengerjakan dalam kondisi sakit atau lainnya. Ini dirasa nggak adil kalau jadi patokan syarat masuk sekolah lanjutan.

Catatan:
Duh nggak puas banget dengan jawaban ini. Kalau udah tau gitu kenapa nggak pakai nilai rapor 3 tahun terakhir aja? Kenapa harus ada USBN yang memang mereka tahu nggak bisa jadi penilaian kemampuan seorang anak?


#7 Bagaimana kalau saya baru pindah beberapa bulan ke zona yang berbeda? 
Apa tetap berlaku syarat alamat domisili berdasarkan KK?

Jawab:

Alamat berdasarkan Kartu Keluarga, bukan surat keterangan domisili dari RT/RW. KK harus 1 tahun terakhir. Ada jatah kuota untuk mereka yang pindahan.


#8 Bagaimana kalau rumah saya di batas zona?

Jawab:

Selama jarak ke sekolah kurang dari 500 meter, bisa masuk zona yang berbeda.


Karena masih belum puas, di tanggal 13 Mei, saya sudah siap dengan pertanyaan tambahan:


#9 Apakah jarak diukur dengan cara radius jarak atau panjang jalan resmi?

Jawab:

Radius


#10 Apa betul ada kuota jalur prestasi dari Nilai USBN saja?

Jawab:

Betul, kuota 2,5% dan boleh keluar zonasi. Hanya boleh 1 pilihan sekolah.


#11 Apakah mungkin ada panggilan kedua atau daftar waiting list setelah penutupan pendaftaran PPDB tanggal 28? 

Mungkin ada jatah yang nggak diambil karena anaknya memilih swasta. Tahun lalu saya dengar kursi seperti ini yang kemudian diperjualbelikan oleh pihak sekolah.

Jawab:

Nggak ada istilah waiting list. Kuota yang tidak terambil akan dipakai untuk tahun depan kalau ada yang pindahan.

Sekolah tidak boleh memperjualbelikan kuota tidak terpakai. Silakan laporkan jika menemukan hal seperti ini.


#12 Apakah data online PPDB bisa diakses secara realtime tahun ini? 
Atau sengaja dibuat tidak realtime seperti tahun lalu?

Jawab:

Tahun lalu itu bukan tidak realtime. 
Tapi setiap data yang diinput operator harus melalui proses verifikasi dan validasi dari Kepala sekolah. Jadi memang perlu waktu untuk terpublikasi.


#13 Apa boleh pilih 1 sekolah zona kombinasi dan 1 sekolah zonasi murni saja?

Jawab:

Nggak boleh. Harus dua-dua kombinasi atau dua-dua zonasi murni.
Juga tidak boleh lintas zona. Kecuali jarak ke sekolah luar zona kurang dari 500m


#14 Apa mungkin tahun ini daftar ke sekolah yang jaraknya 3 km? Sementara tahun lalu umumnya sekolah menerima jarak kurang dari 1 km?

Jawab:

Mungkin saja. Dicoba saja karena kita tidak tahu yang daftar berada di jarak berapa.


#15 Apa mungkin tidak keterima di kedua pilihan sekolah?

Jawab:

Sangat mungkin. Jumlah lulusan SD tahun ini 38 ribu. Sementara kapasitas SMP Negeri hanya 17 ribu.


#16 Bagaimana cara menghitung Zona Kombinasi?

Jawab:

60% skor jarak + 40% nilai UN

Misal radius rumah sekolah 3,4km dan nilai UN 260
Skor jarak 3,4 km adalah 240. 

Selengkapnya tentang data skor jarak bisa dilihat di Buku Saku PPDB yang bisa didownload di website Disdik Bandung.

Maka nilai kombinasi adalah
(60% x 240) + (40% x 260) = 144 + 104 = 248

Jika ada yang nilainya sama di batas kuota, maka yang diambil yang daftarnya lebih awal.


Sumber: Buku Saku PPDB 2019 Disdik Bandung

Catatan:
Nah ini informasi yang menurut saya kurang tepat.

Karena akhirnya diterjemahkan orang tua untuk buru-buru mendaftar di hari pertama. Akibatnya pendaftar membludak.

Padahal logikanya, tidak mungkin ada data skor yang benar-benar sama. Kan tiap anak posisi rumahnya pasti beda-beda, begitu juga nilai UN-nya.

Jadi sebenarnya tenang saja mendaftar di hari-hari terakhir PPDB yang jatahnya 5 hari itu. Sekaligus memungkinkan untuk memantau perkembangan data yang sudah masuk.

#17 Kenapa ada SD yang sudah dapat nilai UN ada yang belum?

Jawab:

Karena jumlah anak tiap sekolah berbeda. Mungkin ada yang perlu waktu lebih lama untuk mempersiapkan.


Masya Allah, tidak terasa sudah 1600 kata saja postingan ke-3 ini. Buat yang mau tahu akhir cerita perjalanan panjang ini, silakan lanjut di postingan selanjutnya ya.

Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Perjalanan panjang menembus PPDB SMP 2019 di Bandung (Bagian 3)"