Lelaki Sunni di Kota Syiah, Buku Perjalanan Spiritual yang Tidak Biasa
Aku adalah generasi yang sempat mengalami bagaimana orang Indonesia begitu mengelu-elukan Imam Ayatollah Khomeini, pemimpin tertinggi Iran yang menjabat pada 1979 - 1989. Aku juga masih ingat bagaimana masyarakat Indonesia begitu mencintai sosok Ahmadinejad, presiden ke-6 Iran yang menjabat pada 2005-2013.
Itu sebabnya aku sempat heran ketika tiba-tiba terjadi propaganda anti syiah di Indonesia. Kesannya syiah itu sudah setara dengan PKI kalau di Indonesia saat ini. Jujur sulit dimengerti mengapa semudah itu orang bisa berubah. Ini pasti propagandanya tingkat tinggi.
Ketika Iqbal Aji Daryono menunjukkan minatnya untuk mengikuti ziarah Arbain Najaf-Karbala pada awal Agustus tahun lalu di FB-nya, aku terus terang kepo juga. Ini beneran gitu dia berani? Ni orang cari mati banget nggak sih? Ah… tapi mungkin dia hanya cari sensasi saja, biar sekolah menulisnya laku.
Eh, tapi ternyata nggak dong. Pada awal September dia beneran berbagi sedang berada di tengah-tengah long march akbar yang diikuti 22 juta lebih orang ini. Sebagai perbandingan, jumlah jamaah haji ke Mekah tahun 2023 lalu saja hanya diangka 1,8 juta orang.
Memang 22 juta orang ini tidak numplek di satu waktu dan 1 tempat ya. Karena ziarah arbain ini lebih ke arah long march dari Najaf tempat makamnya Imam Ali bin Abi Thalib ke Karbala tempat makamnya Imam Husein bin Ali.
Jauhnya sekitar 80km dan biasanya memakan waktu perjalanan hingga 4 hari. Puncaknya adalah pada hari Arbain atau 40 hari setelah hari Asyura 10 Muharram (hari meninggalnya Imam Husein).
Perayaan ini tidak hanya diikuti oleh orang Syiah saja, tapi juga banyak orang Sunni sebagai bentuk penghormatan kepada cucu kesayangan Rasullullah, Imam Husein yang dibunuh dengan keji oleh Militer Yazid bin Muawiyah pada 10 Oktober 680 karena tidak mau tunduk kepada penguasa.
Kalau Iqbal saja beneran nekat berani mengikuti perjalanan akbar ini dan pulang baik-baik saja, bahkan bisa buat buku tentang perjalanan tersebut. Kupikir aku pun berani juga untuk sekedar beli bukunya yang harga Pre Order-nya 92 ribu saja.
Jadi apa isi buku buku Lelaki Sunni di Kota Syiah ini?
Terus terang aku takjub juga dengan perjalanan 4 hari saja bisa jadi buku 190 halaman. Walau memang sih, banyak banget foto-foto ukuran 1 halaman 21x21cm. Baik yang hitam putih, maupun yang berwarna. Lumayan memberikan kita gambaran mengenai seperti apa suasana di sana.
Sebenarnya banyak foto-foto tersebut yang memang sudah dibagikan Iqbal di FB-nya sebelumnya. Tapi cerita dibalik foto-foto tersebut ada di buku ini.
Ini bukan buku perjalanan biasa. Wisata ke satu tempat, lalu menceritakan apa yang terjadi di sana.
Lelaki Sunni ini bercerita lengkap mengenai alasan kenekatannya ke Irak (FYI: perjalanan Arbain ini bukan di Iran ya. Tapi di Irak). Kekhawatiran dapurnya nggak ngebul dan dibully orang se-Indonesia raya ternyata ada di kepalanya.
Iqbal juga cerita mengenai perkenalannya dengan orang dari mahzab Syiah saat di Australia. Aku rasa, pengalaman penulis yang memang banyak traveling sangat mempengaruhi wawasannya dalam menulis dan menghormati perbedaan dalam beribadah.
Selama perjalanan 4 hari itu, dari yang awalnya agak takut-takut dilihat sebagai orang Sunni di tengah lautan orang Syiah, Iqbal akhirnya bisa melihat orang Syiah dengan lebih utuh. Apa saja yang berbeda dan apa saja yang sama dari kedua mahzab besar yang memang sangat rentan diadu domba oleh pihak-pihak luar.
Pada intinya, perbedaan itu memang ada, tapi dalam batas koridor Islam yang sama.
Ada juga cerita tentang hubungan Iran-Irak yang cukup ajaib. Kita mungkin tahunya perang Iran-Irak tahun 1980-1988. Orang Iran itu mayoritas adalah orang Persia dengan populasi Syiah 90% dan Sunni 9%. Sementara orang Irak itu mayoritas orang Arab dengan populasi Syiah sekitar 60% dan Sunni 30%. Pada masa Saddam Husein yang Sunni, orang-orang Syiah banyak yang dibantai.
Ziarah Arbain dari Najaf ke Karbala berada di Irak. Pada masa ini, tidak ada masalah orang Iran membanjiri Irak. Dalam ziarah yang pada intinya adalah mengenang mereka yang syahid dalam perang, para pahlawan Iran juga dieluk-elukan di Irak. Padahal dulu mereka pernah saling membunuh.
Atas nama agama, semua jadi damai…
Siapa yang Perlu Membaca Buku Lelaki Sunni di Kota Syiah?
Tidak semua orang perlu baca buku ini kalau menurutku. Karena kalau sekedar mau tahu tentang perjalanan Arbain bisa buka google dan youtube. Semua sudah ada di sana. Foto-foto dan liputannya bahkan lebih bagus kualitasnya.
Buku ini cocoknya untuk mereka orang Indonesia yang malu-malu kepo dengan mahzab yang begitu begitu banyak menerima propaganda miring selama ini. Karena penjelasan Iqbal sangat mewakili keingintahuan kita sebagai orang yang hidup di Indonesia. Dan itu tidak ada di Google!
Akhir kata, aku hanya mau bilang terima kasih untuk Iqbal yang sudah menuliskan buku menarik ini.
Posting Komentar untuk "Lelaki Sunni di Kota Syiah, Buku Perjalanan Spiritual yang Tidak Biasa"
Posting Komentar