Menulislah Untuk Diri Sendiri, Bukan Untuk Orang Lain

menulis untuk diri sendiri

Sebagai blogger, kita sudah terbiasa untuk menulis berbagai informasi menarik untuk dibaca orang lain. Siapa sih yang tidak kepengen postnya viral dan dibaca banyak orang kan ya. 

Menulis untuk dibaca oleh banyak orang itu tidaklah mudah. Kita perlu memikirkan banyak hal. Mulai dari kontennya sendiri yang diusahakan janganlah sampai bikin orang ‘ngasah golok’ karena tersinggung, sampai menjaga agar diedit dengan rapi dan tidak banyak typo yang bikin otak mikir lebih berat. 

Bisa jadi itulah yang membuat menulis tidak jadi favorit sejuta umat. Sepertinya lebih asyik membaca, menonton, scrolling sosmed, atau bahkan ngemil aja yang lebih mudah untuk dilakukan.

Menjadikan Kegiatan Menulis Sebagai Relaksasi

Sebenarnya menulis itu tidak selalu kok memberatkan. Bahkan ia bisa jadi sebuah kegiatan relaksasi yang bikin nagih. 

“Rasanya nggak enak kalau nggak nulis sehari aja!”

Weits… kok bisa begitu ya? Rahasianya dimana itu?

Rahasianya ada di menjadikan kegiatan menulis sebagai kegiatan untuk melepas beban. Bukan malah menambah beban pikiran. Menulis bukan karena tuntutan deadline atau target tertentu. Tapi menulis benar-benar untuk bersenang-senang dan bikin hati jadi ringan. 

Sadari bahwa kita menulis memang untuk diri kita sendiri saja. Bukan untuk dibaca orang lain. Jadi kita bisa menulis dengan santai dan jujur.

Menulis untuk relaksasi ini isinya bisa bermacam-macam. Boleh menuliskan emosi dan perasaanmu, mencurahkan kemarahanmu, menuangkan khayalan atau fantasi yang terlintas di kepala, atau bahkan menuliskan mimpi-mimpi dan harapan. 

Intinya adalah mencoba mengeluarkan apa yang ada di kepalamu ke atas kertas. Setelah isi kepala dikeluarkan, maka akan terasa ada jarak untuk bisa melihat isi kepala kita dengan lebih jernih. Ini memang aneh ya, tapi nyata. Tapi kalau buat saya yang telah mempraktekkan ini selama bertahun-tahun, dari situ lah perasaan relaks dan nagih itu tercipta. 

Menulis untuk Kesehatan Mental 

Menulis untuk kesehatan mental adalah topik yang paling saya sukai. Karena selama ini, itulah alasan saya menulis. Mengungkapkan perasaan dalam bentuk tulisan menurut saya adalah cara yang paling sehat untuk bisa mengeluarkan emosi dengan aman. 

Emosi itu tidak seharusnya dipendam atau ditekan. Itu sangat tidak sehat. Emosi manusia adalah sebuah berkah yang membuat hidup ini menjadi lebih bermakna. 

Bahwa kita kadang-kadang sedih, kecewa, senang, bangga, takut, malu, adalah hal yang wajar. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun sayangnya, tanggapan orang lain terhadap emosi kita bisa jadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Ketika kita sedih, orang lain bisa meresponnya dengan menawarkan bantuan yang tidak tepat. Atau ketika kita marah, yang terjadi malah harga diri kita semakin dipermalukan. 

Pernah membaca tulisan atau menonton video orang yang lagi marah-marah dengan pasangannya di sosial media? Coba saja baca kolom komentarnya yang biasanya ada saja yang terasa tidak sesuai konteks dan menyakitkan hati. Padahal kita kenal pun tidak dengan si penulis ini. Tanggapan orang bisa sangat random ketika emosi yang tidak terkontrol disampaikan terbuka ke banyak orang dengan berbagai latar belakang. 

Emosi manusia itu unik. Kadang ia bisa muncul tanpa bisa dikontrol. Membuat perasaan kita mengharu-biru dan seringkali tidak bisa diekspresikan dengan tepat. Kita itu sebenarnya khawatir. Ternyata yang keluar dari mulut kita adalah kemarahan. 

Kondisi kejiwaan kita pada dasarnya ditentukan oleh 3 unsur berikut:

  • Apa yang kita pikirkan (Thoughts)
  • Apa yang kita rasakan (Emotion)
  • Apa yang kita lakukan (Behavior)

Dimulai dari memikirkan sesuatu, lalu merasakan emosi tertentu, dan melakukan tindakan sebagai bentuk respon.

Seringkali diakhir hari kita menyesal dan mempertanyakan mengenai respon  perilaku-perilaku yang kita pilih. 

Kok saya tadi malah marah-marah sih? Kok saya tadi belanja dengan impulsif sih? Kenapa sih saya malah memilih mengeluarkan komen kasar di status seorang teman? Kenapa sih saya harus menunda menulis hingga deadline begini?

Daripada sekedar dipikir-pikir saja. Bagusnya itu semua mulai ditulis agar kita bisa merenungkan kembali keputusan yang telah kita ambil. Kita jadi bisa belajar untuk menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.

Keluarkan semuanya dengan tulisan…. Let it go…Let it go…

Beberapa Tips Menulis Untuk Diri Sendiri

Menulis untuk diri sendiri tentu saja mudah dan nggak banyak teorinya. Nulis, ya nulis aja. Tapi saya bisa membagikan beberapa tips berikut agar kegiatan menulismu menjadi lebih menyenangkan dan mendapatkan hasil yang optimal. 

#1 Menulis dengan tulisan tangan

Menulis dengan tulisan tangan terbukti bagus untuk kesehatan mental. Karena selain kita bisa menulis dengan lebih lambat dibandingkan mengetik, otak akan merespons dengan lebih baik gerakan jari-jemari kita saat memegang pena. Gerakan yang terjadi akan lebih kaya dibandingkan dengan gerakan jari-jemari di atas keyboard atau ponsel. 

Dalam salah satu referensi, saya menemukan saran untuk menulis dengan huruf miring bersambung. 

#2 Menuliskan perasaan secara jujur

Karena memang menulis untuk diri sendiri yang tidak perlu khawatir terbaca orang lain, kita bisa bebas menulis dengan jujur apa pun yang kita rasakan. 

Eh, tapi saya mau menulis rahasia yang tidak ingin diketahui orang lain? Kalau kamu membutuhkan privacy tingkat tinggi, kamu bisa menyimpan catatanmu di tempat tersembunyi. Atau mungkin bisa menggunakan kode tertentu untuk beberapa informasi yang terasa terlalu pribadi. 

#3 Menulis bebas tanpa memikirkan tata bahasa maupun tanda baca

Urusan edit-mengedit itu memang PR ya. Tapi tidak perlu memikirkan hal ini saat menulis untuk diri sendiri. Santai saja, tidak ada yang akan memberikan penilaian benar atau salah. Harapannya dengan demikian, kamu bisa fokus ke apa yang ingin kamu curahkan. 

Bisa jadi awalnya penyampaianmu berantakan karena emosimu masih campur aduk, tapi setelah beberapa paragraf, kamu jadi bisa melihat masalah dengan lebih jernih dan memilih tata kalimat yang runtut. 

#4 Membaca kembali tulisan yang telah dibuat sebagai bahan refleksi

Tidak harus dibaca saat selesai menulis ya. Bisa disimpan untuk dibaca beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian. Atau bahkan saat kita merasa perlu mengingat suatu peristiwa.

Otak manusia itu cenderung lupa. Dengan ditulis, kita akan terbantu untuk mengingat sesuatu dengan lebih baik dan lebih mudah mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. 

write a diary

Yuk Membangun Kebiasaan Menulis Untuk Diri Sendiri

Tidak semua orang perlu jadi penulis kok. Tapi saya pikir, setiap orang perlu bisa menyampaikan isi pikirannya dalam bentuk tertulis. Karena memang tulisan merupakan bahasa yang kaya untuk bisa digunakan mengkomunikasikan sesuatu secara lebih efektif. 

Tidak perlu menyediakan waktu yang lama. Cukup 15 menitan sehari saja di awal atau akhir hari bisa membuat hari menjadi lebih menyenangkan. 

Selamat mencoba!



(1000 kata)

Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

1 komentar untuk "Menulislah Untuk Diri Sendiri, Bukan Untuk Orang Lain"

Comment Author Avatar
Tulisannya bagus, Mbak👌