Mengapa Perlu Menulis untuk Diri Sendiri?

menulis untuk diri sendiri

Semua Bermula dari Niat

Buat saya, dunia ini rasanya begitu riuh dan hiruk-pikuk. Ketika membuka sosial media, di sana ada begitu banyak cerita manusia. Ada yang lagi punya masalah dengan suaminya, ada yang menyampaikan keberhasilan pendidikan anaknya, ada kenyinyiran teman yang satu terhadap teman yang lain, sampai ke kabar kucing seorang sahabat yang sakit. 

Tidak ada yang salah dengan itu semua. Informasi-informasi itu membuat kita saling terhubung dan mengetahui kabar orang lain. Mungkin kita tidak membutuhkannya saat ini, tapi bisa jadi beberapa bulan kemudian, tiba-tiba ada yang membuat kita perlu kepo dan kembali menelusuri timeline seseorang. 

Catatan yang sudah kita bagikan secara terbuka akan terekam selamanya. Sesuatu yang kita tulis secara spontan, tiba-tiba terasa begitu memalukan setelah beberapa waktu kemudian. Bahkan tidak mungkin, itu bisa jadi bumerang untuk diri sendiri.

Percaya tidak percaya, kita sebenarnya perlu mulai berhati-hati dalam membagikan informasi atau isi kepala kita secara terbuka. Hal tersebut akan menjadi branding diri dan memberikan dampak dalam masyarakat dengan cara yang bisa sangat aneh. 

Kadang kan kita mikir, “Lah… siapalah saya, sampai orang perlu memperhatikan apa yang kita tulis.” Jangan salah, kita tidak pernah tahu bagaimana sebuah pendapat bisa terekam dengan baik dan memberikan dampak luar biasa. Alhamdulillah jika bagus efeknya, bagaimana jika malah memperkeruh suasana seperti yang sering kali terjadi saat ini.

Memang sih, akhirnya masyarakat jadi terbiasa dengan berita-berita viral yang cepat naik, sekaligus juga cepat terlupakan. Trending topik hari ini di twitter, akan segera dilupakan pada 2 hari kemudian. Menyisakan luka hati yang mungkin akan sulit terobati selama berbulan-bulan. 

Hal-hal seperti ini yang membuat saya mulai mencoba menahan diri dari sembarangan menulis secara terbuka. Saya merasa kehilangan semangat untuk membagikan opini secara terbuka. Saya tidak melihat hal tersebut menjadi menyenangkan dan ada gunanya saat ini. Saat dimana informasi begitu melimpah ruah dengan dasar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Pendapat saya tentu saja penting. Tapi biarlah untuk sementara saya menyimpannya saja dulu sendiri. Saya perlu merenungkan dengan lebih jernih atas pendapat saya mengenai sesuatu persoalan. Tidak ada urgensinya juga orang lain tahu setiap detik mengenai apa yang ada dalam kepala saya. Karena bisa saja beberapa jam kemudian saya punya pendapat yang berbeda.

Inilah yang buat saya merasa perlu untuk menulis untuk diri sendiri. Menulis membantu saya untuk bisa melihat kembali sekaligus memberi jarak yang cukup antara apa yang ada di kepala saya dengan masalah yang tengah saya hadapi.

Kenapa harus repot-repot ditulis? Ceritakan saja lah sama orang lain? Bukankah ada pasangan, teman, anak, atau saudara yang masih bisa diajak bicara? 

Yang saya rasakan, pendapat orang lain seringkali memberikan bias terhadap apa yang benar-benar kita butuhkan. Ada kalanya jawaban dari setiap masalah sebenarnya hanya kita sendiri yang bisa memecahkannya. Karena tidak ada orang lain yang sebenarnya tahu dan mengalaminya sendiri selain diri kita sendiri. 

Orang lain akan melihat masalah dari sudut pandang dan kepentingan mereka masing-masing.

Masih ingat kasus Lesty Kejora yang mendapat KDRT dari suaminya Rizky Billard beberapa waktu lalu? Begitu Lesty menyampaikan masalah tersebut ke publik, ramailah orang beropini dan membelanya. Bagaimana dengan Lesty sendiri? Ternyata setelah beberapa waktu, Lesty bisa memaafkan suaminya dan melihat sisi yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Bahwa ia lebih mempertahankan rumah tangganya. Parahnya, netizen seperti tidak terima. 

Dari situ kita belajar bahwa semestinya dari awal, sebelum membawa kasus itu terbuka ke publik, Lesty perlu memiliki cukup waktu untuk bisa melihat masalah dengan lebih baik. Jangan langsung dibagikan kepada orang-orang yang tidak tahu ujung pangkalnya seperti para netizen yang selalu maha benar ini. 

Setiap orang sangat mungkin tertekan karena berbagai macam permasalahan hidup. Tapi percayalah bahwa Tuhan tidak akan membebani hamba-Nya diluar kesanggupannya. 

Buat saya, menulis bisa membantu untuk bisa melihat masalah dengan lebih jernih. Bukan dengan tujuan untuk dibagikan secara terbuka yang mungkin akan menimbulkan masalah baru. Tapi cukup sebagai catatan pribadi saja. 

(620 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Mengapa Perlu Menulis untuk Diri Sendiri?"