Masih Perlukah Menulis Surat Melalui Pos?

menulis surat melalui post

Kapan teman-teman terakhir berkirim surat atau mendapatkan surat melalui pos? 

Iya, yang masih pakai perangko begitu loh. Di zaman sosial media seperti sekarang ini, apa kita masih perlu ya berkirim surat via pos? Bukankah e-mail atau whatsapp jauh lebih cepat dan mudah? Bahkan video call saja bukan hal yang aneh sekarang ini. Nggak perlu pakai waktu, only one click away. Kita dengan mudah sudah terhubung dengan orang yang kita cintai. 

Kartu pos dari Jepang

Saya sendiri masih rutin dapat kiriman kartu pos season greetings dari IATSS Forum di Jepang. Sejak mengikuti kegiatan ini pada tahun 2003, setiap tahun pengurus IATSS Forum selalu rutin mengirimkan kartu pos selamat tahun baru kepada para alumninya. 

Menurut saya ini manis banget ya. Kartu pos itu bergambar para staff dan nama-nama mereka. Jadi setiap tahun, kami para alumni tahu perkembangan siapa saja staff baru yang bergabung dan staff yang sudah tidak bertugas lagi. 

Selain kartu pos, mereka juga biasanya mengirimkan newsletter yang dibuat oleh angkatan pada tahun tersebut. Jadi walau sudah bertahun-tahun menjadi alumni kegiatan ini, masih terasa sampai sekarang ikatannya dengan para staff dan kegiatan itu sendiri.

Surat dari Jepang ini tidak dikirim dengan perangko, melainkan dengan pos tercatat sepertinya. Biasanya saya di Indonesia menerimanya sekitar akhir Desember hingga pertengahan Januari. 

Terasa sih bedanya menerima surat yang spesial buat saya, dibanding sekedar membaca ucapan selamat tahun baru di sosial media yang terbuka untuk siapa saja. 

Duh jadi ingat zaman kita dulu biasa kirim-kirim kartu lebaran ya. Sekarang mana ada lagi orang kirim kartu lebaran secara personal. Kita akan merasa cukup untuk posting foto keluarga di sosial media untuk dibaca seluruh follower atau friend kita. Nggak ada personal-personalnya. Ha...ha...

kartu post iatss forum

Kenangan Surat-suratan Zaman Dulu

Sekitar Ramadhan April 2021 kemarin, saya sempat melihat beberapa teman ngobrol soal surat-surat menyurat. Waktu saya kecil, kegiatan surat-suratan itu memang menyenangkan sekali. Kita bisa kenalan dengan teman baru yang alamatnya kita temukan di majalah. Seru aja rasanya menulis di kertas surat yang gambarnya cantik-cantik. Wangi lagi. Saya dulu waktu SD sempat koleksi kertas surat dan perangko. Untuk perangko bahkan masih bertahan hingga masa kuliah di pertengahan tahun 1990-an.

Acara surat-suratan sama sahabat pena ini terakhir saya lakukan hingga masa SMA. Saya sempat punya sahabat pena di masa SMP. Setelah beberapa tahun surat-suratan, akhirnya kami berkesempatan ketemuan saat ia main ke kota saya. Seneng banget deh. Sayang di masa-masa SMA, kegiatan itu nggak saya lanjutkan lagi. 

Surat dari Jerman

Keseruan surat-suratan zaman dulu itu saya ceritakan ke anak saya Sasya yang usianya 10 tahun. Dia jadi tertarik juga untuk menulis di atas kertas surat dengan teman-teman baru. Kebetulan sekali ada teman saya Lenny di Jerman yang putrinya juga tertarik surat-suratan. Jadi deh, kami memfasilitasi mereka berdua untuk surat-suratan. 

Sasya seneng banget dong. Dia langsung semangat untuk membuat surat. Pertama yang dicari adalah kertas surat. Percaya nggak, kami kesulitan sekali menemukan kertas surat seperti zaman dulu. 

Sempat sih akhirnya menawarkan Sasya untuk chat via Hp saja. Tapi katanya pengen menulis di kertas surat yang cantik. Karena kesulitan mencari kertas surat, akhirnya Sasya pasrah menulis di kertas notes bergambar biasa saja. 

Mungkin karena makin jarang orang yang menulis surat, kertas surat beneran jadi barang langka sekarang ini. Lagian siapa juga yang merasa perlu menulis surat sekarang ini.

Pada akhir April 2021, Sasya akhirnya mengirimkan surat melalui kantor pos untuk Audy di Jerman. Biaya perangkonya saat itu Rp 16.000,-. Audy pun kata Mamanya pada saat yang sama mengirimkan selembar kartu pos untuk Sasya.

surat indonesia-jerman

Berapa lama surat dari Indonesia ke Jerman?

Seminggu, sebulan ditunggu, ini kartu pos dari Jerman dan surat dari Indonesia belum kelihatan hilalnya. Sasya juga sudah mulai hilang harapan menunggu. Kami pun sempat berpikir, apa layanan surat-menyurat pos dengan perangko itu sebenarnya sudah mati ya? Siapa coba yang sabar menunggu surat sampai hingga sebulan lebih seperti ini.  

Akhirnya pada pertengahan Juni 2021, kartu pos dari Audy pun sampai ke Bandung. Masya Allah, perlu waktu 2 bulan untuk selembar kartu pos sampai ke Indonesia dari Bonn, Jerman.

Bagaimana  dengan surat dari Indonesia? Audy akhirnya menerima surat dari Sasya pada 19 Agustus 2021. Perlu waktu 4 bulan lebih sebuah surat dari Bandung sampai ke Bonn dengan biaya perangko 16 ribu! Tapi setidaknya itu membuktikan bahwa layanan Pos masih ada dan amanah. Tapi apakah masuk akal kita menunggu selama itu? 

(700 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Masih Perlukah Menulis Surat Melalui Pos?"