Mengapa Kita Perlu Memahami Orang Sakit yang Tidak Ingin Ditengok?



Kalau kita punya teman sakit, tengoklah. Itu adalah ajaran agama yang sepertinya diyakini oleh setiap orang.

Meluangkan sedikit waktu untuk menjenguk teman yang sakit, kalau bisa dengan membawa buah tangan yang mungkin tidak bisa dimakan oleh si sakit tapi untuk penunggunya, adalah hal mendatangkan pahala. Kalau urusannya sudah pahala dan surga, wah banyak orang dengan senang hati melakukannya.

Masalah, sekarang ini saya sempat beberapa kali melihat orang-orang yang secara terbuka menyampaikan tidak mau ditengok. Biasanya yang sakitnya cukup parah. Bahkan kadang tidak ingin orang lain tahu kalau mereka sakit.

Ih…kok gitu ya. Kita kan jadi sedih karena niat dapat pahala eh menghibur si sakit jadi nggak kesampaian. Padahal kan si penjenguk hanya ingin menunjukkan rasa sayang, rasa hormat, rasa ingin membantu meringankan beban, rasa ingin menghibur si sakit. Eh…kok ya ditolak.

Sedih nggak sih?

Apa kita si penjenguk terus misuh-misuh dan kesal dengan si sakit yang kita anggap sombong, egois, dan nggak berperasaan?

No….No….No…..

Jangan sampai pernah berprasangka seperti itu sama orang lain ya. Apalagi sama orang yang sedang sakit.

Setelah bertanya kepada beberapa orang, saya akhirnya menemukan alasan mengapa beberapa orang memang tidak ingin untuk ditengok ketika sakit. Alasan-alasan ini membantu saya untuk bisa lebih empati dan menunjukkan perhatian kita dengan cara yang lain selain dengan menjenguk atau bertemu langsung.

#1 Orang sakit butuh istirahat

Kedatangan tamu itu bagaimanapun juga membuat orang sakit mengeluarkan energi lebih. Ia harus berbasa-basi menyapa dan menjawab pertanyaan dari pengunjung. Mending kalau pengunjungnya hanya 1 atau 2 orang. Lah, kalau jumlahnya banyak, ya pasti lelah lah.

Itu sebabnya, jam besuk sangat dibatasi.
Mungkin kalau kondisinya lebih bugar, si sakit bisa menikmati kunjungan dari orang-orang yang ia sayangi.

#2 Orang sakit butuh lingkungan yang higienis

Penjenguk itu kan datang dari mana-mana. Sementara si sakit sedang dalam kondisi imunitas tubuh yang menurun. Beresiko sekali kalau para penjenguk datang dengan membawa kuman penyakit kan. Kita tidak pernah tahu serentan apa kondisi si sakit.

Di masa pandemi Covid seperti saat ini, kebetulan saya sempat menjaga Papa yang dirawat di rumah sakit. Saat itu tidak ada pengunjung yang diijinkan untuk menengok. Bahkan penjaga saja harus gantian setiap minimal 6 jam sekali. Tidak boleh ditemui oleh lebih dari 1 orang dalam ruangan. Sepertinya rumah sakit juga tidak mau ambil resiko dengan keselamatan pasiennya.

#3 Tidak nyaman dengan komentar penengok

Pernah nggak ketika kita menengok orang sakit, lantas kita menghujaninya dengan sejumlah saran pengobatan yang berdasarkan katanya katanya.

Paham sih, maksudnya ingin menolong. Tapi terkadang saran-saran itu sifatnya memaksa. Kemudian menyalah-nyalahkan pasien yang mengambil keputusan lain.

Duh…ini yang konon bikin lelah si sakit dan penunggunya. Habis dijenguk bukannya jadi lega, malah jadi menambah beban pikiran.

#5 Tidak ingin orang lain sedih melihat kondisi si sakit

Banyak orang-orang yang tengah sakit, kondisinya sangat tidak nyaman untuk dilihat. Benar-benar bikin sedih mereka yang lihat. Untuk menghindari pandangan-pandangan sedih penengok, yang bisa jadi bikin si sakit tertekan, wajar kalau si sakit merasa lebih nyaman jika tidak bertemu orang lain dulu.

#6 Saya belum mau mati

Jangan bikin depresi si sakit, dengan mengunjunginya seolah-olah itu sungguh-sungguh saat terakhirnya. Biarkan semangat hidupnya tumbuh untuk bisa berkumpul kembali dalam keadaan lebih sehat dengan orang-orang yang ia sayangi.

Saya jadi teringat adegan film Rush yang diangkat dari kisah nyata pembalap Niki Lauda yang mengalami kecelakaan parah tahun 1976. Saat dirawat di Rumah Sakit, kondisi Lauda benar-benar sekarat. Sampai pendeta sudah diminta datang untuk mendoakannya. Eh, diusir dong sama Lauda. “Pergi sana, saya belum mau mati!,” katanya dengan kasar.

Di situ keluarga dan teman-temannya jadi lega, dan merasa kalau Lauda akan bisa pulih dan baik-baik saja.

#7 Tidak ingin mengulang cerita yang sama berulang kali

Setiap penengok biasanya ingin mendapat cerita lengkap mengenai penyakit si sakit. Apa penyebab sakitnya? Apa kata dokternya? Bagaimana rasa kondisi badannya? Bagaimana proses penyembuhannya?

Si sakit harus mengulang-ulang cerita ini kepada setiap pengunjung. Saya juga bisa merasakan kalau hal itu bukanlah sesuatu yang akan membantu penyembuhan si sakit, tapi sekedar membantu memuaskan rasa ingin tahu pengunjung. Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada pengunjung yang sudah bela-belain menengok. Fakta jujurnya, tidak semua orang sakit nyaman dengan kondisi ini.

Sumber: Pexel ,Anna Shvets


Gimana? Sudah bisa lebih memahami kenapa menjenguk orang sakit itu bukan selalu hal yang terbaik dilakukan?

Karena bagaimanapun yang perlu kita pikirkan adalah kenyamanan si sakit. Bagaimana cara agar si sakit bisa segera membaik kondisinya, lebih segar badan, dan lebih nyaman untuk bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yang ia sayangi.

Jadi ada baiknya sebelum menjenguk si sakit, tanyakan terlebih dulu kepada si sakit maupun penunggunya apakah bisa ditengok atau tidak. Kalau memang belum memungkinkan, mendoakan dengan tulus pasti sangatlah dihargai.

Seperti kata Don Sibert, “Sesuatu yang berasal dari hati, akan sampai ke hati.” Doa tulus kita, pasti akan sampai dan dirasakan oleh si sakit.


(780 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

1 komentar untuk "Mengapa Kita Perlu Memahami Orang Sakit yang Tidak Ingin Ditengok?"

Comment Author Avatar
Kalo saya merasa ga nyaman dikunjungi itu bukan hanya pas sakit teh (alhamdulillah ga pernah dirawat karena sakit juga sih di RS), tapi abis lahiran juga. Masih inget banget keselnya dikomentari dan disarani itu itu walau si anaknya sekarang udah 5 tahun lebih, wkwk.