Belajar Arti Kata Tidak Menyerah Dari Pengalaman Robin Cavendish

Sumber: FB Page Breathe


Salah satu jenis film yang paling suka saya tonton adalah film yang diangkat dari kisah nyata orang lain. Sungguh menarik belajar dari pengalaman hidup orang lain dan mengambil hikmah yang sama walau kita tidak benar-benar mengalami sendiri peristiwa tersebut. 

Kalau ditanya lebih seru mana antara menonton film biopic atau baca buku autobiografi, saya rasa dua-duanya punya kelebihan. Film cukup ringan untuk kita nikmati selama sekitar 2 jam, sementara buku perlu waktu lebih lama untuk membaca informasi yang lebih detil.

Hari ini saya tertarik menonton sebuah film berjudul Breathe di TV. Film ini diangkat dari kisah nyata Robin Cavendish, seorang yang hidup dengan alat bantu pernapasan yang hidup paling terlama di dunia ini. Sebuah film tahun 2017 yang disutradarai oleh Andy Serkis dan diproduseri oleh anak Robin Cavendish, Jonathan Cavendish.

Jadi ceritanya, dalam usia 28 tahun pada Desember 1958, Robin Cavendish tiba-tiba terserang virus polio yang membuatnya lumpuh dari leher ke bawah. Ia hanya bisa hidup dengan alat bantu pernapasan. Saat itu diperkirakan kalau umurnya hanya sekitar 3 bulan hingga 1 tahun saja. 

Kebayang dong sedihnya. Padahal saat itu ia baru 1 tahun menikah dan tengah menanti kelahiran anak pertamanya. 


Those that God loves most, He allows to suffer most. We can't know the mind of God, But we can be sure that whatever happens to us is somehow part of His plan.
Ini adalah obrolan Robin dan temannya di rumah sakit. Saat itu Robin begitu terpuruk dan ingin mati saja. Robin sendiri sebenarnya adalah seorang atheis. 

Setelah 1 tahun di rumah sakit, Robin dan istrinya Diana memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Dokternya sempat mengancam kalau umurnya tidak akan lebih dari 2 minggu saja di luar rumah sakit. 

Robin yang sangat bahagia bisa melihat langit dan keluar dari ‘penjara’ rumah sakit terbukti bisa hidup dengan baik bersama keluarganya di rumah. Bahkan pada tahun ke-4 setelah lumpuh, Robin memiliki ide untuk membuat kursi yang dilengkapi dengan alat bantu pernapasan. 


Robin bersama putranya Jonathan. (Sumber: FB Page Breathe)

Dengan bantuan sahabatnya Teddy Hall, seorang profesor dari Universitas Oxford, kursi itu pun terwujud. Dengan kursi itu, Robin menjadi lebih bebas bergerak dan bahkan bisa berkeliling ke berbagai tempat. Sejak muda, Robin dan Diana memang suka traveling. Kini mereka bisa melakukan hal tersebut lagi bersama anak mereka Jonathan.

Pada masa itu umumnya orang-orang dengan disabilitas berat seperti Robin, hidupnya terpenjara di rumah sakit. Robin datang dan membuka mata banyak orang agar tidak ‘memenjarakan’ para penyandang disabilitas berat seperti dirinya. Berikut bagian dari pidatonya yang sangat menyentuh ketika bicara di depan para dokter di Jerman.

When you look at me, what is it that you see? Do you see a creature that's barely alive? Or do you see a man that's escaped the confines of the hospital walls?

Now, I have a machine under this very seat that breathes for me.
And at home, I have a ventilator right by my bed.
I also have a remarkable group of friends. And, most vitally, I have my wife.

But, as you see, I can do nothing for myself. And yet here I am.
Now, when I first became paralyzed, I wanted to die. Yeah, I wanted to die. I did.

But my wife wouldn't let me. She told me I had to live. To see our son grow up. So I went on living because she told me to. Because of her, really, and with her and for her.

And every day since then, I've accepted the risk of dying because I don't want to just survive. I want to truly live.


Robin dan para sahabatnya yang selalu setia menemani. (Sumber: FB Page Breathe0

Sikap positif Robin dan istrinya memang sangat luar biasa. Dikelilingi oleh teman-teman yang seru, Robin begitu santai dengan penyakit dan kematian yang sepertinya bisa hadir kapan saja. 

Ada satu bagian perkataan temannya Colin yang sangat menyentuh saya. Bahwa kita merasa terinspirasi dari orang-orang seperti Robin ini, bukan karena mereka lebih lemah dari kita!

I want you to know what a difference you've made to my life. It's not always been easy for me. Every time I come here, I go away stronger. And it's not because you're worse off than me. No, no, no. It's who you are, Robin. Or who you've turned yourself into. 


Pentingnya Vaksin Polio

Film ini juga mengingatkan kita tentang bahaya Polio. Virus Polio menyerang tanpa ampun melalui udara. Nggak beda dari flu biasa. Tapi begitu terpapar, ancaman kematian dan kelumpuhan sangat fatal. Sangat penting untuk sebuah negara bebas Polio. Satu dua kasus ditemukan di satu wilayah, virus penyakit tersebut bisa menulari banyak orang. 





Jadi tolonglah…. Lakukanlah imunisasi polio. Anda bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, namun juga orang-orang di sekitar Anda yang bisa jadi tertular penyakit tersebut. 

Lebih lanjut mengenai program dunia untuk menanggulangi virus Polio bisa di baca di website www.endpolio.org. Semoga dunia bisa segera bebas virus polio dan tidak perlu ada orang-orang yang lumpuh karena Polio seperti yang dialami Robin Cavendish.


Bagaimana, tertarik menonton filmnya? Sebuah film yang benar-benar mengajarkan kita mengenai arti tarikan sebuah napas. Breathe...


Thank you. For choosing to live.
Pesta terakhir Robin dengan teman-temannya sebelum ia meninggal. (Sumber: FB Page Breathe)



#ODOPNovemberChallenge
600 kata, 2 jam

Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

3 komentar untuk "Belajar Arti Kata Tidak Menyerah Dari Pengalaman Robin Cavendish "

Comment Author Avatar
Film yang memikat dan bernilai sangat agamis dengan ndak pakai doktrin
Comment Author Avatar
Iya Bun. Nilai spiritual yang tinggi dari orang yang tidak beragama. Apalagi kalau mencermati bagian akhirnya bagaimana ia memilih untuk menyudahi perjuangannya. Bener-bener sebuah perjalanan hidup seorang manusia yang sangat menarik Bunda.
Comment Author Avatar
Bahasa inggrisnya yg bikin sya males bca