Ketika Makna Romantis Bergeser Setelah Berkeluarga

makna romantis setelah berkeluarga

Kalau bicara soal romantisisme (catat ya, bukan romantisme kalau menurut KBBI VI), ingatan saya melayang ke Dilan dan Milea atau Rangga dan Cinta. Bagaimana perhatian dari pasangan bisa terasa begitu bikin senyum-senyum seharian, walau kalau dipikir-pikir itu konyolnya minta ampun. Yang bener aja ngasih hadiah kok ya TTS yang sudah keisi dengan alasan supaya sang pacar nggak susah ngisinya. Hadeuh… 

Kadang yang bikin saya bingung juga, adalah melihat keromantisan yang diumbar ke publik lalu kemudian dengan mudahnya berpisah. Rasanya aneh sekali orang yang terlihat awalnya sebucin itu, lalu seperti membalikkan telapak tangan, bisa saling membenci sedemikian rupa. 

Sepertinya begitu mudah hati ini dibolak-balik oleh rasa yang semu.

Bergesernya Makna Romantis

Setelah menikah sejak tahun 2006, saya rasanya mulai melihat makna romantis bergeser. Bukan sekedar perhatian-perhatian dangkal dan konyol ala anak remaja, tapi ke pengorbanan-pengorbanan yang lebih bermakna. 

Beberapa bentuk keromantisan dalam keluarga itu seperti:

#1 Bersama saat kelahiran anak

Buat saya ini adalah momen yang paling berarti dan sangat romantis. Saat melahirkan, terutama yang pertama kali, proses persalinan itu bisa lumayan berat. 

Saat saya melahirkan Raka, itu prosesnya lumayan lama. Kami sudah di rumah sakit sejak sekitar pukul 9 malam. Namun proses pembukaan berjalan lambat, sehingga sang jabang bayi baru lahir menjelang Ashar keesokan harinya. Selama itu, saya kesakitan dan rewel sekali. 

Alhamdulillah, suami selalu setia mendampingi hingga saat melahirkan yang sangat menyakitkan itu. Habis tangannya saya pegang sekuat-kuatnya untuk menahan sakit. Kebersamaan kami menerima kehadiran amanah terindah dari Allah ini, terasa sangat romantis. 

Alhamdulillah, hal yang sama terulang pada saat Sasya lahir. Walau karena sudah lebih berpengalaman, rasa sakitnya jauh lebih sebentar. 

#2 Bersama berkorban untuk anak

Saat masih sendiri, kami biasa punya hobi dan kesukaan masing-masing yang bisa dipenuhi dari gaji sendiri. Bisa beli barang-barang mahal, bisa nonton konser, bisa makan-makan di cafe tiap minggu. Pokoknya bebas lah.

Setelah menikah dan punya anak, tiba-tiba dihadapkan pada kebutuhan lain yang lebih penting. Hobi beli buku harus diikhlaskan untuk beli pampers. Pengen beli sepatu olahraga bagus harus ditunda demi anak bisa bayar uang kegiatan sekolah. 

Sama-sama menunda keinginan demi sesuatu yang kami cintai bersama itu manis banget deh. 

#3 Bersama memaafkan

Kombinasi antara uang pas-pasan dengan kelelahan fisik memang pas banget untuk menaikkan emosi. Akan selalu ada saatnya salah satu kesal dan marah. 

Romantis itu adalah ketika saat kita marah, pasangan bisa menahan diri untuk tidak terpancing, namun cukup diam saja mendengarkan. Bisa jadi nanti gantian saat pasangan marah, kita mending diam saja dulu sambil mengalihkan pikiran ke hal lain yang lebih positif. Kesadaran untuk tidak marah barengan, apalagi sampai teriak-teriak itu romantis loh. 

romantis saat berkeluarga

#4 Bersama saling menerima

Bersama seseorang dalam waktu yang lama itu bisa jadi membosankan. Belum lagi semua kekurangan jadi kelihatan. Tapi Tuhan memang beneran Maha Adil. Di balik kekurangan yang terpampang nyata, kita juga jadi bisa merasakan dan melihat banyak kelebihan dari pasangan.

Saya ingat sekali saat awal menikah sempat mengucapkan kalimat sejuta umat saat sejumlah keinginan tidak terpenuhi: “Abah tu sayang nggak sih sama Mamah? Karena sepertinya nggak!” 

Suami saya bilang, kalau nggak sayang, dia tidak akan melakukan A, B, C bla bla bla… Di situ saya baru nyadar bahwa banyak yang sudah dilakukan sebagai bukti sayang dan cinta tapi kok bisa-bisanya saya tidak melihat itu. 

Mengetahui apa-apa yang dilakukan pasangan karena cinta itu sweet banget sih kalau kata saya. 

#5 Bersama mengeluh

Bisa mengeluh bersama itu romantis next level sih kalau saya bilang. Banyak pasangan ingin terlihat kuat dan tidak ingin membuat pasangannya ikut merasa terbebani. Namun tantangan hidup itu kan sebuah keniscayaan yang sebenarnya bikin hidup lebih berwarna. Jadi ya memang harus diterima dan dijalani saja. 

Kemampuan untuk bisa mengeluarkan isi hati terdalam kepada pasangan itu perlu keahlian tertentu. Gimana caranya biar menyampaikan kegalauan, keresahan, ketakutan, tapi jangan sampai buat pasangan malah memperkeruh kondisi hati. 

Kalau buat kami rasanya kuncinya di mendengarkan deh. Banyak-banyak mendengar saja dulu. Karena bisa jadi solusinya hanya butuh dikeluarkan dan didengar saja. Atau bahkan diketawain bareng… ha…ha…ha… 

Menertawakan sulitnya hidup adalah bentuk keromantisan next level. 

romantisisme next level

Penutup

19 tahun menikah membuat saya melihat romantisisme dari kacamata yang berbeda. Tidak lagi momen konyol ala Dilan dan Rangga, tapi ke sejumlah momen kehidupan yang begitu dalam dan bermakna.

Momen kebersamaan yang rasanya tidak bisa ditangkap kamera untuk dibagikan di Instagram.

Kalau kamu, apa momen paling romantismu bersama pasangan?

banner tantangan mgn 2025

Tulisan ini dibuat untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog September dengan tema Romantisme.
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

8 komentar untuk "Ketika Makna Romantis Bergeser Setelah Berkeluarga"

Comment Author Avatar
Teh Shanty, sepakat deh sama statement ini: Menertawakan sulitnya hidup adalah bentuk keromantisan next level.

Kehidupan kan gak selalu baik-baik saja. Bersama saat sulit itu menguji seberapa kuat bertahan.
Comment Author Avatar
Malah yang kaya gini bikin pasangan semakin dekat ya.
Comment Author Avatar
Terimakasih tulisannya Teh. Selalu bagus dan enak dibaca.
Saya jadi refleksi dengan kehidupan rumah tangga sendiri, yang bahkan setelah berbelas tahun menikah masih seperti Dilan Milea dan Rangga Cinta di rumah, sampai bikin anak2 eneg.. hihihi.. Hm, mungkin karena pacaran sejak SMA jadi merasa ngga tumbuh dewasa gitu ya, padahal udah sama2 tua. hahaha...
Comment Author Avatar
Bersama mengeluh ini klo pikiran lg waras jd lucu, menertawakan sulitnya hidup..bnerrr.. Tp klo pikiran lg ruwet, mau ngeluh, eh suami jg ngeluh, jd sebel..🤣🤣
Comment Author Avatar
Jadi lomba ngeluh siapa yang paling sengsara ya. Nggak romantis sih kalau begini. Ha...ha...
Comment Author Avatar
Teh Shanty, I can relate. Suka dengan artikelnya, Teh. Samawa till jannah ya Teh 🤲.

Salfok dengan foto pernikahan Teteh, Teteh cantiiik sekali dnegan gaun putihnya...
Comment Author Avatar
Betul sih, bergeser setelah berkeluarga dan bertambah usia. Apalagi kami sekarang kan berdua aja. Sarapan, suami bikin buah potong, saya menyiapkan teh. Suami nyuci, saya masak. Kayaknya udah romantis sih...hehe...Atau naik motor cuma buat maksi di Kalipah Apo...
Comment Author Avatar
Istri nih butuh validasi yaa, walau yaa tahu suaminya udah kecintaam.

Bisa bebas berbagi keluhan itu bener deh romantis, ada rasa saling percaya jadi pribadi gak pura2