Ketika Bingung Mengisi Sosial Media

berbagi di media sosial

Saya termasuk orang yang tidak rutin update di sosial media. Apakah itu story WA, IG, FB, Threads, dan sejenisnya. Kenapa? Jujur saya bingung mau update apa dan tujuannya apa? Apa pentingnya orang lihat saya kemana, pakai baju apa, sama siapa, dan ngapain aja? Ditambah lagi, tidak ada hal yang perlu saya pamerkan juga. Lah saya bukan artis yang perlu orang-orang kepoin gitu loh. 

Kalau dulu saya suka menyimpan kegiatan anak-anak di album FB. Sampai sekarang saya suka melihat perkembangan anak-anak dari waktu ke waktu di album tersebut. Bukan hanya saya yang suka, bahkan anak-anak juga kalau perlu mengingat masa kecil mereka, tinggal buka album FB itu.

Album di FB ternyata lebih menarik buat dilihat dibandingkan dengan kumpulan foto di drive komputer. Apa mungkin karena ada cerita yang membantu mengingatkan momen tersebut ya? 

Ditambah lagi, FB dengan manisnya seringkali mengingatkan kita dengan foto-foto lama. Sebenarnya ini terjadi juga dengan google photo sih ya. 

Google photo bahkan bisa punya koleksi yang lebih lengkap karena seringkali di-setting otomatis untuk menyimpan semua foto yang kita rekam melalui ponsel. Kalau di FB kan biasanya hanya foto-foto pilihan yang ‘pencitraan’ saja. 

Anak Menolak Difoto untuk Sosmed Mamanya

Saya mulai kehilangan semangat membagikan foto di FB adalah sejak anak-anak menolak untuk difoto. Apalagi yang sengaja diniatkan untuk disimpan di FB. Wah, mereka mulai tegas menolak. Mereka tidak mau jadi objek foto mamanya lagi. Mereka mulai punya gaya berbagi sendiri di konten medsos mereka.

Awalnya kesel juga sih. Mamanya mau bangga memamerkan anak-anak lucunya. Tapi setelah dipikir-pikir, sebenarnya tidak seperlu itu juga sih membagikan foto pribadi di sosial media. 

Kalau sekedar menyimpan kenangan, bisa di google photo. Kalau sekedar ingin mengabarkan kepada keluarga, bisa dibagikan di grup WA keluarga atau grup pertemanan yang sama-sama melakukan kegiatan tersebut saja.

Sampailah saya di fase hanya merasa perlu membagikan informasi yang dirasa diperlukan banyak orang saja. Kalau acara pribadi, rasanya tidaklah penting. Saya makan dimana, saya pergi kemana, kalau tidak dalam rangka dibayar khusus, rasanya tidaklah perlu saya repot-repot membagikannya di sosial media. 

Buat saya membagikan foto di sosial media itu lumayan merepotkan sih. Kita perlu berfoto pastinya. Lalu memilih sudut yang tepat. Perlu dicoba beberapa kali. Belum lagi nanti fotonya banyak dan harus dipilah-pilih. 

Lalu setelah tayang, kita akan tergoda melihat komentar-komentar orang lain. Belum lagi kalau muncul komentar julid yang akan melukai hati yang rapuh ini. Repot banget nggak sih.

Rasanya jauh lebih mudah untuk benar-benar menikmati momen, tanpa berfoto. Saya ingat sempat beberapa kali bertemu teman dan asyik mengobrol sampai lupa berfoto untuk dipamerkan di sosial media. 

Akhirnya momen cukup disimpan di kepala saja. Menahan diri untuk tidak tergoda membagikannya kepada orang lain yang kita tidak pernah tahu kondisi hatinya.

Percaya nggak, diluar sana ternyata banyak orang yang sangat bermasalah saat melihat foto orang lain. Ada yang jiwanya terguncang melihat foto temannya yang jalan-jalan melulu, hatinya galau melihat foto temannya meraih prestasi, sedih melihat foto temannya berkumpul dengan keluarganya yang lengkap dan hangat. Bisa sampai tidak bisa tidur menyadari betapa berbedanya dirinya dengan orang lain.

Walau memang sih, kita tidak perlu lah terlalu memikirkan apa yang dipikiran orang lain. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengontrol pikiran orang lain. 

Toh walau ada yang mudah meriang melihat kebahagiaan yang dibagikan orang lain, ternyata banyak juga kok yang malah merasa mendapatkan manfaat dan informasi dari foto yang dibagikan. Ada yang jadi tahu tempat makan baru, tempat wisata baru, ilmu baru, atau wawasan baru. 

Bahkan terkadang rasa bahagia atas momen di sebuah foto, bisa loh terasa kepada kita yang melihatnya. Lihat teman menang lomba, rasanya ikut semangat. Lihat teman membagikan foto cantik di sebuah lokasi, rasanya kita seperti ikut berada di sana dan menikmati suasananya. Lihat teman lari marathon, rasanya kita ikutan capek dan keringetan. Seru banget kan itu. Cukup dari foto saja, kita bisa ikut menikmatinya.

Jadi kesimpulannya bagaimana nih? 

Perlukah membagikan setiap momen bahagia di sosial media? Atau hanya yang kita pikir bermanfaat bagi orang lain saja?

Kesimpulan saya akhirnya adalah BEBAS! 

Pada dasarnya media sosial adalah media yang bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk diri sendiri dulu, baru kemudian untuk orang lain. Media sosial sekarang bisa dijadikan media untuk mencari uang, melatih kemampuan, mengekspresikan diri, dan banyak lagi. 

Selama media sosial tidak malah bikin hati kita galau, menurut saya sih tidak masalah diisi dengan apa pun. Kalau kita pintar buat konten berkualitas, ya isilah dengan konten yang berkonsep dan berkualitas. Kalau yang bisanya sekedar membagikan momen kebersamaan dengan keluarga, ya bagikanlah dengan niat menyimpan momen terbaik untuk anak-anak. 

Saya rasa kita juga perlu mengenali platform dengan lebih baik. Misalnya menyimpan momen keluarga di FB pribadi, membagikan konten bertema di IG sekalian untuk mendapatkan segenggam berlian, ikut perang opini di X, atau bertanya galau di Threads. 

Setiap platform memang punya ciri khasnya. Tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya dengan bijak. Kalau kamu membagikan apa di media sosialmu?


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Ketika Bingung Mengisi Sosial Media"