Belajar Menua dari Film-Film: Impian, Kesehatan, dan Warisan
Terus terang, menjadi tua itu menakutkan. Takut sakit, takut tidak punya uang, takut kesepian, takut menjadi tidak menarik, takut memberatkan orang lain, dan takut-takut lainnya.
Dalam sebuah wawancara, Pak Ahok yang saat itu tengah heboh menghadapi tuntutan masyarakat, sempat menyebutkan kalau ia tidak takut dengan ancaman dibunuh orang. Menurutnya mati muda itu ada sisi baiknya. Bahwa kita akan dikenang sebagai orang muda. Bukan dalam kondisi tua dan renta.
Bisa jadi itu ada benarnya. Tapi urusan kematian ada di tangan Yang Maha Kuasa. Tugas kita hanya menjalankan hidup ini dengan sebaik-baiknya, baik di umur yang pendek maupun diberi umur panjang.
Orang-orang di sekitarku saat ini tidak banyak yang umurnya terlalu panjang. Papa meninggal di usia 76 tahun. Setelah sebelumnya sempat 2 tahun menjalani cuci darah. Kalau Tante, adiknya Papa meninggal setelah tidak lama sakit di usia 69 tahun.
Sementara nenek dari pihak Mama meninggal pada usia 79 tahun. Dari sisi suami, Bapak Mertua meninggal di usia 67 tahun setelah sekitar 1 minggu dirawat di rumah sakit.
Saat ini orang tua yang masih ada adalah Mama di usia 66 tahun dan Mama Mertua di usia 73 tahun. Alhamdulillah keduanya masih cukup aktif dan cantik.
Film-film tentang orang tua
Di usia yang menjelang setengah abad ini, aku terus terang sangat tertarik dengan kehidupan warga senior. Kepo bagaimana mereka yang usianya di atas 60, 70, bahkan 80 tahun menjalani hidup.
Aku sampai punya folder khusus di sosmed untuk menyimpan informasi menarik tentang para lansia mengisi hidup dengan beragam aktivitas. Ada yang aktif berolahraga hingga tetap berotot, ada yang masih berbusana dengan trendy, atau ada yang masih berkarya dan membagikan ilmunya.
Selain dari orang-orang terdekat, aku jadi suka menonton film-film tentang warga senior ini. Dari film-film tersebut, aku belajar mengenai apa-apa yang perlu diperhatikan saat menghadapi usia tua.
#1 Tentang pentingnya punya mimpi
Salah satu yang menurutku sangat penting dimiliki di masa tua adalah semangat hidup. Menjaga semangat hidup ini bisa dengan mengejar impian yang selama ini mungkin tertunda.
Ada beberapa film yang menurutku sangat inspiratif menceritakan bagaimana orang tua masih mungkin meraih mimpi mereka.
Seperti film Poms (2019) yang dibintangi Diane Keaton. Poms bercerita tentang Martha (Diane Keaton) yang karena terserang kanker, memilih menjual aparteman yang ia tempati seumur hidupnya dan tinggal di senior living yang keren abis.
Di tempat barunya ini, ia bertemu teman-teman baru. Mereka kemudian ingin mewujudkan impian Martha untuk menjadi cheerleader. Kebayang nggak sih kocaknya nenek-nenek dengan segala keterbatasannya masih kepengen jadi cheerleader. Dan ternyata mereka bisa loh.
Dalam film Mrs. Harris Goes to Paris (2022) yang merupakan adaptasi dari novel Paul Gallico tahun 1958, juga menceritakan bagaimana seorang asisten rumah tangga yang sudah berumur, masih memiliki impian untuk bisa membeli gaun Christian Dior di Paris. Ngapain coba ART perlu gaun mewah? Emang punya uangnya? Emang mau dipakai kemana? Tapi ternyata, perjalanan hidup tidak sesederhana itu. Ada banyak hikmah dalam perjalanan mendapatkan impian.
#2 Tentang menghadapi sakit
Tua dan sakit kok sepertinya sudah sepaket ya. Tentu saja kita semua sepakat bahwa menjaga kesehatan sedini mungkin dengan pola hidup sehat itu wajib hukumnya. Prakteknya, Masya Allah susah banget sih.
Untuk urusan kesehatan, aku sangat terinspirasi dengan penelitian yang dilakukan Dan Buettner yang dipublikasikan di National Geographic pada November 2005 mengenai The Blue Zone. Sebuah penelitian terhadap beberapa daerah dimana penduduknya banyak yang berusia 100 tahun ke atas.
Pada tahun 2023, Netflix membuat film dokumenter 4 episode berjudul Live to 100: Secrets of The Blue Zones. Disimpulkan kalau rahasia hidup 100 tahun dan sehat itu adalah: pola makan sehat, aktivitas fisik yang rutin, memiliki hubungan sosial yang baik, tujuan hidup yang baik, dan memiliki manajemen stress yang baik.
Salah satu masalah sakit yang banyak menyerang orang tua adalah Alzheimer. Sebuah penyakit karena rusaknya sel otak. Sebelumnya kita mungkin berpikir pikun adalah penyakit orang tua yang umum saja. Ternyata Alzheimer ini dampaknya bisa sangat parah.
Aku belajar dari film-film seperti Still Alice (2014) dan The Father (2020) mengenai penyakit ini.
Still Alice yang dibintangi oleh Julianne Moore sebagai Alice adalah seorang profesor bahasa di Columbia University. Di usianya yang baru di 50 tahun, ia didiagnosis menderita early Alzheimer. Sedikit demi sedikit kemampuan bicara dan kognitifnya berkurang.
Sementara The Father yang dibintangi oleh Anthony Hopkins terasa unik karena membantu kita untuk bisa merasakan sudut pandang orang tua yang menderita Demensia.
#3 Tentang kegiatan dan mau tinggal di mana
Menjadi tua dan masih aktif tentunya impian kita semua. Melihat Ben Whittaker yang diperankan Robert de Niro dalam film The Intern (2015), benar-benar menginspirasi untuk bisa menciptakan lapangan kerja yang memungkinkan warga senior masih tetap bisa berkontribusi.
Diceritakan dalam film tersebut Ben yang usianya 70 tahun, bekerja kembali di sebuah perusahaan e-commerce fashion. Lucu aja sih, ada kakek-kakek harus masuk ke dunia anak muda. Tapi ternyata bisa aja loh mereka bekerja sama. Pengalaman dan kebijaksanaan orang tua itu memang bisa sangat berharga.
Kalau dalam film itu, Ben tinggal sendiri di rumahnya yang apik. Ada juga film yang menceritakan kehidupan tinggal di senior living. Seperti film Poms yang aku ceritakan di atas. Atau ada juga film Indonesia Eyang Ti (2021) yang diperankan oleh Widyawati.
Saat melihat film Poms, aku sih jadi kepingin sekali bisa tinggal di senior living senyaman dan semewah itu. Tapi ketika melihat harga senior living di Indonesia yang angkanya mencapai 5-10 juta per bulan, rasanya sesak juga. Nggak nyangka beneran semahal itu!
Dalam film Eyang Ti, terasa kalau tinggal di senior living di Indonesia itu adalah untuk mereka yang tidak diterima oleh keluarga. Karena konflik dengan anggota keluarga lain, jadilah orang tua diminta tinggal di senior living. Nah stereotip ini yang bikin tidak enak. Kesannya, kita sebagai orang tua tidak bisa diterima anggota keluarga lagi.
Jadi bukan tinggal di senior living karena memang senang saja. Mungkin karena kita orang timur yang membutuhkan kebersamaan dengan anggota keluarga lain.
Dalam episode 4 dokumenter Live to 100, disebutkan loh bahwa orang tua yang dititipkan di rumah jompo, angka harapan hidupnya turun 2-6 tahun.
#4 Tentang hubungan pertemanan
Masih tetap punya hubungan pertemanan di usia senior itu memang tantangan ya. Di usia senior, biasanya orang tua cenderung rewel dan nggak nyaman dengan hal-hal baru. Bisa jadi lebih perasa dan mudah tersinggung. Hal-hal seperti ini biasanya yang membuat orang tua sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
Untuk urusan pertemanan ini, aku sangat suka Drakor 16 episode Dear My Friends (2016). Kita jadi bisa belajar mengenai apa yang dihadapi dan menjadi masalah saat menua. Puncak rasa frustasi dengan pasangan, masalah penyakit, tekanan kehidupan, anak-anak, hingga kesepian. Teman memang adalah support system terbaik.
Persahabatan di usia senior tidak harus dibatasi hanya teman-teman lama saja. Dalam film The Best Exotic Marigold Hotel (2011) diceritakan keseruan para orang tua dari Inggris yang bertemu di India untuk tinggal di panti jompo yang mereka sangka indah.
Aku suka melihat bagaimana penting bagi orang tua untuk tidak membatasi pertemanan hanya dengan teman-teman sebaya mereka, namun juga punya teman lintas generasi. Ini seru!
#5 Tentang Warisan
Setiap orang tentunya ingin meninggalkan sesuatu yang berarti bagi anak keturunannya. Bentuknya bisa jadi tidak selalu warisan uang. Tapi bisa saja berupa karya, pemikiran, atau bahkan inspirasi.
Salah satu film bagus untuk belajar soal ini adalah film Thailand 2024, How to Make Millions Before Grandma Dies. Berkisah tentang Nenek Mengju yang didiagnosis kanker dan ingin kalau ia meninggal bisa dikuburkan di pekuburan mewah yang harganya 1 juta. Bukan apa-apa, ia ingin harga diri keluarganya naik karena hal itu.
Di masa-masa akhir hidupnya Nenek Mengju ditemani oleh M, cucunya. M melihat bagaimana para paman dan ibunya tidak ada yang benar-benar tulus merawat sang ibu.
Penutup
Dari sejumlah film di atas, aku jadi memiliki wawasan baru untuk menghadapi masa menua dan segala masalahnya.
Angka Harapan Hidup orang Indonesia tahun 2024 yang dirilis Pusat Data Statistik ada di angka 72,5 tahun. Jauh di bawah Singapura yang Angka Harapan Hidupnya di angka 83,8 tahun pada tahun 2019.
Menua memang tidak mudah. Namun film-film ini mengajarkan bagaimana hidup bisa tetap penuh makna, kebahagiaan dan bahkan menemukan petualangan baru yang seru-seru.
Yuk ah, kita menua dengan merawat impian, kesehatan, dan hubungan sosial. Buat yang punya rekomendasi film seru lain mengenai masa tua, boleh ya ditambahkan di kolom komentar.
Tulisan ini dibuat dalam rangka Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober dengan tema Hari Tua yang diusulkan Mamah May dan Mamah Dini.
3 komentar untuk "Belajar Menua dari Film-Film: Impian, Kesehatan, dan Warisan"
Oh Jadi inget drakor Brilliant Legacy, ttg nenek yg mau mewariskan harta tp ga ke keluarganya krn pada matre dam malas, sombong pula.
Sudah kayak librarian-nya film-film ya Teteh ehehe. Mengingatkanku jaman dulu kan suka nyewa DVD, ada Mba penjaganya (kuliah di UNPAD terus partime sebagai penjaga tempat nyewa kaset), bisa tahu film-film yg kita pengenin. Ehehe.
Inspirasi dati film-film di atas, memperlihatkan bahwa di balik tantangan usia lanjut, masih ada kesempatan untuk bermimpi, bersosialiasi, dan hidup dengan penuh makna. 🥰