Mengapa Masih Menulis di Blog?
Di masa sekarang, di mana ada begitu banyak pilihan mengekspresikan diri, blog bisa jadi sudah makin berkurang peminatnya.
Penulis blog yang dulu selalu punya banyak penggemar, mulai meninggalkan blognya dan beralih ke platform lain yang dinilai lebih banyak pembacanya. Page view sebuah blog, menurun drastis dari waktu ke waktu.
Banyak orang sepertinya lebih suka video pendek di Tik Tok, Reels di Instagram, atau Short di Youtube daripada harus membaca tulisan 1000 kata di blog. Bahkan banyak yang memilih dengar video 1 jam daripada harus baca post 10 menit. Sepertinya kemampuan orang membaca dan berkonsentrasi untuk 1 topik kini berkurang drastis.
Jika tidak video, ada juga pilihan podcast yang bisa dinikmati sambil berkendaraan. Banyak konten kreator yang membuat video youtube, sepaket dengan podcastnya. Jadi yang tidak ada waktu menonton videonya, bisa cukup mendengarkan suaranya saja sambil beraktivitas.
Kalau pun harus dalam bentuk tulisan, biasanya cukup dalam bentuk carousel atau beberapa slide di Instagram. Caption Instagram pun jarang yang mau dibaca orang.
Hal ini juga berdampak pada kemampuan membaca buku yang sangat berkurang. Ya ialah, baca caption Instagram saja berat, apalagi ketika harus baca 1 buku utuh. PR banget tuh.
Sekarang ini menjual buku mungkin bisa mudah dengan maraknya diskon yang diberikan. Tapi masalahnya, sanggupkah buku tersebut dibaca orang? Aku sendiri sampai malu rasanya melihat tumpukan buku yang belum dibaca di rak buku. Tapi nafsu beli buku baru tidak pernah padam. Ini kan nggak benar.
Buku diciptakan untuk dibaca. Bukan sekedar dibeli untuk penghias rak.
Segitunya ya. Sedih, tapi ya memang begitu kenyataannya.
Lalu dengan rendahnya kemampuan membaca orang, apakah kita masih perlu menulis? Mengapa kita semua tidak jadi pembuat video saja? Tidak perlu ada buku, tidak perlu ada tulisan.
Kok jadi ingat film Fahrenheit 451 ya. Sebuah film distopia tahun 2018 tentang masa dimana buku tidak ada dan harus dibakar jika ditemukan. Kegiatan membaca buku diharamkan! Asli serem deh, membayangkannya.
Aku sendiri memang akhir-akhir ini terserang rasa malas membaca dan menulis. Bawaannya pengen scrolling sosmed saja. Atau malah nonton film di Netflix. Terasa lebih mudah dan lebih gampang. Tepatnya lebih nyandu dibandingkan baca buku atau menulis.
Tapi mungkin karena dasarnya suka membaca dan menulis, ketika tiba-tiba diberi hidayah untuk membaca buku yang seru, atau menulis sepenggal curahan hati, rasa senang dan puas itu tidak bisa tergantikan.
I still love read and write. And I have to spare time to do it. Aku berhak untuk menikmati momen membaca dan menulis yang terasa lambat ini. Tidak harus selalu untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri dulu.
Memang sih, konyol rasanya menulis tapi hanya untuk diri sendiri saja dan bukan untuk berguna saat dibaca orang lain. Kalau berpikiran sesempit itu, ya cukup menulis di buku tulis pribadi atau google dokumen terkunci saja. Ini yang sempat kulakukan selama beberapa bulan terakhir. Hanya menulis untuk diri sendiri.
Sampai akhirnya aku sadar untuk tidak bisa hanya menulis untuk diri sendiri saja. Sayang juga kalau ide-ide di kepala tidak disampaikan terbuka. Selama bukan sesuatu yang kontroversial atau merugikan orang lain, sepertinya setiap orang berhak loh untuk menyampaikan isi kepalanya dalam bentuk tulisan.
Menyampaikan pendapat secara tertulis itu tidak mudah. Ini yang perlu dilatih. Dengan menulis di media terbuka seperti blog atau sosial media, kita bisa melatih kemampuan itu.
Mengapa memilih blog sebagai platfom menulis?
Kalau buatku, setelah dipikir-pikir secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, blog pribadi memang masih yang paling optimal untuk menyuarakan opini tertulis.
Berikut beberapa alasan yang membuatku yakin untuk tetap ngeblog:
#1 Bebas berekspresi
Menulis di blog itu benar-benar seperti menulis di rumah sendiri. Kita bisa menulis apa saja dengan gaya apapun yang kita sukai. Mau pendek, panjang, banyak gambar, sedikit gambar, bahasa ngalor-ngidul, topik campur baur, ya bebas saja.
Walau tentu saja, nanti seiring waktu kita bisa menilai kinerja blog kita. Tema tulisan seperti apa sih yang bikin orang mau mampir ke blog kita? Layout seperti apa sih yang nyaman buat dibaca orang?
Itu sebabnya blog itu pas banget lah buat branding diri sendiri, dan mengenalkan kemampuan kita kepada orang lain.
#2 Mengarsipkan tulisan dengan rapi
Ini yang paling aku suka dari blog dibandingkan platform menulis yang lain. Di blog, tulisan bisa diarsipkan per kategori untuk memudahkan pencarian. Kita bisa menentukan dengan bebas mau membuat kategori sesuai minat.
Seperti di blog ini, aku membuat kategori review, sosok, menulis, pengalaman, dan rekomendasi. Sebagai orang yang labil, aku sering mengubah sebuah post atau kategorinya. Asyiknya, ini mudah dilakukan di blog.
#3 Kemudahan ditemukan orang dari mesin pencari
Mesin pencari dan website itu memang sohiban. Kalau kita mencari sesuatu di mesin pencari, biasanya rekomendasi link yang muncul di awal adalah rekomendasi website. Setelah rekomendasi dari AI ya kalau sekarang.
Baru setelah itu ada tab untuk mencari gambar dan video. Rekomendasi informasi tertulis adalah yang utama ditawarkan. Memang sih, pastinya yang direkomendasikan adalah website populer. Kalau nggak website berita populer yang informasinya tidak lengkap.
Walau begitu, kalau kita punya informasi sedikit lebih lengkap seperti ketika mencari informasi ulasan buku tertentu yang pernah ditulis seorang teman di blognya, aku tinggal menulis nama blog dan judul ulasannya saja di mesin pencari. Dan mesin pencari langsung memberikan link yang akan mengarahkan ke sana.
Itu sebabnya, perlu sering-sering share post yang kita buat ke media sosial. Agar mesin pencari makin familiar dengan post-post kita.
#4 Bisa disisipkan media pendukung
Menampilkan tulisan saja itu memang membosankan sih. Rentang kemampuan membaca kita, apalagi format digital, akan lebih nyaman jika disisipi image yang mendukung tulisan.
Untuk blog, kita bisa dengan mudah menyisipkan tidak hanya image, tapi juga video, suara, atau potongan beranda sosial media kita yang lain. Dalam 1 blog, kita bisa mengumpulkan sejumlah informasi dalam 1 pintu.
#5 Lebih privat
Dengan sepinya orang mampir ke blog, ini bisa jadi sebuah berkah loh. Menulis di status sosial kadang membuat orang terlalu mudah berkomentar. Seringkali komentar itu tidak bisa disaring dan mempengaruhi emosi kita. “Orang maksudnya ngomong kesini, eh ditanggapinnya kesana.”
Blog itu, entah kenapa yang mengomentari akan lebih selektif. Orang tidak semudah di sosial media untuk memberi komen. Ini bisa membuat kita menulis dengan lebih terbuka dan santai.
#6 Dapat penghasilan
Serius ya, ini benar-benar penyemangat. Tiba-tiba kalau ngomong cuan, mata jadi lebih berbinar-binar. Padahal kalau pemula yang jarang-jarang mengisi blog, tentu saja nilainya tidak banyak. Tapi rasanya cukup lah kalau untuk bayar domain per tahun dan biaya ngumpul-ngumpul dengan teman-teman.
Kekurangan blog
Tidak ada platform yang tidak memiliki kekurangan. IG captionnya kurang panjang, FB tidak bisa menyisipkan gambar di posisi tertentu sesuai tulisan, X terbatas jumlah katanya, Telegram dan Quora yang susah mencari tulisan yang dibutuhkan, hingga menulis di website UGC (User Generated Content seperti Kompasiana, Kumparan, dll) yang terlalu banyak iklannya itu.
#1 Biaya ngeblog
Blog itu walau ada yang versi gratisnya, tapi tetap aku lebih memilih yang berbayar sih. Walau hanya di blogspot yang hanya perlu langganan domain per tahun Rp 180.000,-.
Buatku harga segitu masih bisa ditutupi dari fee satu dua acara sponsor. Kalau pun tidak ada sponsor, biaya hobi 200 ribu per tahun atau 15-20 ribu per bulan, masih wajar lah. Tapi kalau sampai di 500 ribu per tahun, namun blognya tidak produktif, ya sayang sih.
#2 Setting teknis blog
Selain masalah biaya lebih, kekurangan blog yang aku rasakan mungkin di pernak-perniknya yang bikin ribet ya. Seperti tampilan dashboardnya, mengatur settingan beberapa fiturnya, atau memilih layout dan template yang paling pas.
Hanya saja, kalau buat yang suka dan sudah familiar karena menggunakan blog ini selama bertahun-tahun, semua kendala itu tidak seribet itu juga sih. Malah asyik kok ngutak-ngutiknya. Ini buat orang yang suka ngulik ya.
#3 Waktu lebih menyiapkan konten
Menulis di blog juga memang perlu waktu yang lebih lama dibandingkan hanya menulis status di sosial media. Namanya juga mau menulis di ruang yang tidak terbatas dan lengkap dengan berbagai data pendukung. Wajarlah, kalau kita memang perlu waktu lebih dalam menyiapkannya sebaik mungkin.
Akhir Kata
Blog memang punya kelebihan dan kekurangannya. Semua tergantung dari gaya masing-masing penulis sih. Sah-sah saja kok mau memilih menulis di platform manapun.
Yang penting kan menulisnya dulu, bukan menulis dimananya.
Jadi begitulah alasan kenapa aku masih bertahan untuk menulis di blog hingga hari ini. Walau kata ini blog sering dibiarkan berdebu, tapi aku akan selalu kembali untuk mengisinya.
Karena memang ngeblog itu bisa seasyik dan seseru itu. Kamu sendiri punya alasan khusus kenapa masih betah ngeblog?
1 komentar untuk "Mengapa Masih Menulis di Blog?"