Ketika Bingung Membuang Minyak Jelantah

membuang minyak jelantah

Teman-teman biasa membuang minyak jelantah sisa menggoreng kemana?

Beberapa tahun yang lalu saya biasanya selalu membuang minyak jelantah ke sink atau langsung ke selokan depan rumah. Saya pikir itu hal yang biasa dilakukan orang-orang. Sampai suatu ketika teman saya bilang kalau itu nggak boleh karena akan bikin mampet saluran dan bahkan bikin rusak lingkungan. 

Sempat juga ada yang mengatakan kalau cara membuang minyak jelantah bisa dengan dibekukan dulu, baru kemudian dibuang ke tempat sampah. Walau kalau dipikir-pikir, sebenarnya ya sama saja dengan membuang langsung dalam kondisi suhu normal. Karena toh, minyak walau beku akan kembali mencair di suhu ruang. 

Perjalanan menemukan pengepul minyak jelantah

Jadi mulailah saya mencari tahu kemana seharusnya minyak jelantah dibuang agar tidak merusak lingkungan. Dari Facebook, saya menemukan kalau ada pengepul minyak jelantah yang bersedia mengambil ke rumah-rumah. Saat pertama kali saya tahu, harganya Rp4.000,-  per liter. 

Sempat sih ada rasa khawatir kalau-kalau mereka ini memanfaatkan minyak jelantah untuk diolah menjadi minyak yang tidak sehat dan dijual murah. Tapi ternyata, minyak jelantah yang dikumpulkan disalurkan ke perusahaan yang akan mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel

Sebenarnya minyak jelantah kami di rumah nggak terlalu banyak sih. Dalam 4-6 bulan, paling sekitar 5-7 liter. Jadi daripada kagok memanggil pengepul hanya untuk 5-7 liter, saya berinisiatif untuk mengajak tetangga yang mau membuang minyak jelantahnya juga. 

Nggak nyangka, ternyata banyak juga tetangga yang punya minyak jelantah di rumah. Jadi biasanya, saya kontak dulu pengepulnya untuk menanyakan kapan mereka bisa datang ke rumah. Lalu saya tinggal menyampaikan ke ibu-ibu kompleks waktu kedatangan pengepul. Dan Ibu-ibu bisa menitipkan minyaknya di rumah saya.

Biasanya para tetangga datang membawa minyak jelantah dalam berbagai model wadah. Ada yang rapi dalam jerigen, ada yang dalam botol-botol bekas air mineral atau minuman ringan dengan berbagai ukuran. Masing-masing disimpan dalam kantong-kantong plastik. Nanti pengepul akan menimbang per plastik. Lalu saya mencatat jumlah per plastik itu untuk tahu berapa liter jumlah yang disetorkan setiap orang.

Saya sempat berganti-ganti pengepul. Pertama kali saya ingat dihargai Rp 4.000,-/liter. Pengepul yang ini sempat beberapa kali kami panggil. Sampai ia tidak bisa dihubungi lagi. 

Lalu saya menemukan sebuah bank sampah yang menerima minyak jelantah dengan harga yang cukup bagus. Sekitar Rp 7.500,-/kg kalau tidak salah. Apalagi kalau kami bisa menyetorkan lebih dari 100 kg, harganya lebih bagus lagi. Saat itu kebetulan minyak yang terkumpul lebih sedikit dari 100 kg, jadi kami mendapatkan harga yang bagus. Totalnya hampir 750rb uang yang ditransfer ke rekening saya saat itu.


pengepul minyak jelantah
Catatan minyak jelantah di kompleks kami.

Sayangnya, hanya sekali itu minyak jelantah harganya sempat setinggi itu. Pada pemanggilan selanjutnya beberapa bulan kemudian, harga minyak jelantah di tempat yang sama anjlok sampai ke Rp 2.500,-/kg. 

Lalu saya coba cari-cari lagi, dimana ada harga minyak jelantah yang bagus. Akhirnya ada yang mau menghargai Rp 5.000,-/kg. Jadi beralihlah kami ke pengepul yang baru ini yang harganya lebih baik. 

Menemukan Noovoleum pengepul minyak jelantah

Sampai akhirnya saya menemukan sebuah iklan menarik di Instagram mengenai Noovoleum. Mereka mau membeli 2 liter minyak jelantah seharga Rp100.000,- bagi 50 orang pertama dan Rp50.000,- untuk 100 orang berikutnya.

Caranya cukup datang ke Car Free Day (CFD) Dago pada 5 November 2023 dan menginstall aplikasi UCollect. Tertarik dong saya. 

Sempat kepikiran sih kalau kurang, apa saya perlu gedor rumah tetangga buat minta minyak jelantah mereka, atau saya campur aja dengan minyak yang baru. Ha…ha… segitunya ya!

Tapi untungnya di rumah pas ada sekitar 3lt minyak jelantah. 

Semangat lah saya datang ke CFD. Saat itu tempatnya di depan RM Sulawesi yang terletak di pertigaan antara Jl.Dago dan Jl.Teuku Umar. Saat saya datang sekitar pk 7 pagi, sudah banyak orang yang mengantri. Alhamdulillah saya masih dapat nomor 77. Itu artinya masih dapat jatah yang dihargai Rp50.000,- untuk 2 liter pertama.

noovoleum dago
Ikutan antri menukar minyak jelantah di CFD Dago

Sambil mengantri, saya banyak mendapat informasi mengenai Noovoleum ini.  Ternyata ini pengepul versi keren kalau kata saya sih. Karena mereka memiliki aplikasi sendiri dan harga minyak per liternya dihargai Rp6.500,-. 

Kerennya lagi, uangnya akan masuk ke rekening atau e-money kita. Saat itu, dari 3lt minyak jelatah yang saya bawa, saldo saya jadi terisi Rp 70.000,-. 

Selanjutnya, kalau perlu menjual minyak jelantah, kita bisa meminta mereka untuk datang ke rumah. Kalau tidak salah minimal 5 liter. Bagusnya kalau bisa dibarengin sama para tetangga ya. 



Berikut adalah screenshoot tampilan aplikasi UCollect yang bisa di download di playstore. Di situ datanya cukup lengkap dari riwayat setoran kita, sampai dimana kita bisa mendatangi atau didatangi tim noovoleum. Sementara ini masih untuk melayani kota Bandung saja sepertinya.

Saat selesai menyetorkan minyak, kami dibagikan jerigen 5 liter-an untuk menampung minyak jelantah. Nggak terasa, sekarang 6 bulan kemudian, jerigen itu penuh juga. Sudah waktunya saya memanggil tim noovoleum ke rumah. 


Akhirnya saya senang sekali bisa menemukan tempat penampungan minyak jelantah yang terpercaya. Sekaligus bisa ikut berkontribusi untuk lingkungan yang lebih sehat dengan tidak membuang minyak jelantah sembarangan lagi. 

Kalau kamu buang minyak jelantah kemana?

Tulisan ini dibuat untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei dengan tema Bumi.



Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

7 komentar untuk "Ketika Bingung Membuang Minyak Jelantah"

Comment Author Avatar
Riskawati Chandra 22 April 2024 pukul 22.33
Pengen juga ikutan nyetor minyak jelantah, tapi saya jauh di pulau seberang, hehehee. Saya tim yg buang minyak ditaro diplastik lalu buang ke tempat sampah, teh. Itu udah paling maksimal yg bisa dilakuin.
Comment Author Avatar
Makasih sharingnya teh, jadi tau nih ada noovoleum... Selama ini minyak jelantah saya kasih ke tukang sampah...
Comment Author Avatar
Waaahhh ... Pengalaman teh Shanty menarik banget nih. Aku pernah ditawari untuk jadi pengepul oleh kenalan adik ipar. Namun, belum bisa karena kan harus pakai garasi rumah dan teras, harus ada pegawai dan sebagainya secara waktu juga belum luang.
Sedangkan di rumah, aku minim pakai minyak, karena sudah jarang menggoreng. Jadi ya gak ada sisa jelantah yang bisa dikumpulkan juga ha3 ...
Comment Author Avatar
Mau juga aku teh kalau ada yang mau menadahi minyak jelantah di kota yang sama. Aku pernah lihat tutorial minyak jelantah bisa jadi sabun, menarik juga sih
Comment Author Avatar
Selalu senang mendapat informasi tentang munculnya orang orang yang peduli dan mau bergerak begini. Saya baru tahu Teh tentang Noovoleum. Selama ini saya nyisihin minyak jelantah ke pengelola sampah di kompleks.
Btw lumayan juga ya Teh dikasi harga 6500 per liter.
Comment Author Avatar
Wah..keren nih pengepulnya bisa menarik lebih banyak pelanggam dengan harga yang bersaing. Mudah-mudahan bisa terus berjalan bisnisnya.
Comment Author Avatar
Awalnya saya juga suka buang ke sink, tapi ya itu. Bikin mampet saluran air. Sempat 2 kali bongkar saluran air yang ternyata mampet karena minyak yang beku. Penampakannya lemak putih yang mengeras. Ah seperti plak di pembuluh darah aja jadinya.
Selanjutnya, gak pernah lagi buang ke sink. Tapi bekas lemak dari piring2 kotor pastinya ada minyaknya juga. Sesekali saluran air digelontor air panas/mendidih satu ceret supaya lemak-lemak yg ada di saluran air bisa larut dan air buangan bisa lancar terus.