Mengapa Masih Facebook-an?

kenapa masih facebookan

Kapan kamu terakhir kali buka FB? 

Mungkin ada yang lagi buka FB? Atau ada juga yang sudah berminggu-minggu nggak buka FB? Atau bahkan masuk generasi yang nggak tahu FB?

Facebook itu memang unik ya. Saya jadi sampai bongkar-bongkar lagi bagaimana sih awalnya berhubungan sama sosial media besutannya Mark Zuckerberg ini. FB memang diluncurkan 18 tahun lalu pada 4 Februari 2004 sebagai medsosnya anak-anak Harvard. Setelah resmi dibuka untuk publik beberapa tahun kemudian, saya sendiri ternyata membuat status pertama di FB pada 9 Maret 2009. Menjelang Raka usia 2 tahun itu. 

status fb pertama
Tiga status Facebook pertama di Maret 2009.

Sekarang, hampir 14 tahun kemudian… saya kok rasanya mulai bosan dengan Facebook. 

Walau berada dalam payung yang sama, sosial media sekarang ini tumbuh bagai jamur. Ada Instagram, Youtube, Tiktok, Telegram, WhatApp, Podcast, Quora, Twitter, blog, dan banyak lagi. Ada begitu banyak platform yang bisa dipakai untuk sekedar mengeluarkan pendapat, menyimpan kenangan, atau menjadi alat untuk membuat orang lain iri. 

Semua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bisa disesuaikan dengan karakter dan kesukaan masing-masing orang juga sih. Tapi umumnya, orang akan pindah-pindah dari satu platform ke platform lain. Tidak terasa waktu habis berjam-jam untuk scrolling medsos.

Terpikir banget untuk mulai meninggalkan medsos-medsos yang tingkat interaksinya minim. Tapi ragu juga, karena sebenarnya tingkat interaksi minim itu erat kaitannya dengan jarangnya kita upload konten. Kalau kita aktif, maka biasanya interaksi pun akan naik dengan sendirinya. 

Jadi mungkin pertanyaannya adalah perlukah kita lebih sering update konten di FB? Atau malah menguranginya?

Perlukah Meninggalkan Facebook?

Ketika saya menanyakan hal ini di status FB saya 18 Januari lalu, ternyata banyak yang mengingatkan betapa serunya FB itu. Berikut beberapa komentar teman-teman yang sempat saya dokumentasikan. 

kenapa facebook
Alasan mengapa masih facebook-an

#1 Terlalu banyak memori 

Ia, sih ya. FB itu rata-rata sudah jadi bagian hidup banyak orang selama bertahun-tahun. Seperti saya yang sudah main FB sejak tahun 2009. Semua foto anak-anak ada di sini kenangannya. Dari mereka lahir hingga jadi bujang dan gadis.

#2 Tempat berkumpul teman sungguhan

Kalau generasi awal, FB itu harus menggunakan nama asli. Lalu kita akan mencari mutual friend dengan teman-teman kita. Banyak sekali cerita kita bisa menemukan teman sealmamater sekolah di FB. 

Rasanya kok sayang kalau hubungan itu berhenti hanya karena kita pindah platform. Di sosmed lain seperti Instagram, banyak orang menggunakan nama yang aneh-aneh dan susah dikenali. Saya sampai sering kali mengunfollow orang karena merasa tidak mengenal mereka. Eh… taunya pas dilihat profilnya, ternyata nama yang saya kenal. 

#3 Tempat memberi kabar kepada keluarga besar

FB adalah tempat berkumpulnya keluarga besar. Mereka yang jauh-jauh, akan bisa terhubung dengan FB tanpa kita perlu repot-repot menjapri satu demi satu untuk menanyakan kabar. 

Cukup posting foto terbaru, dan keluarga jauh akan dengan mudah say hello untuk menanyakan kabar. Terasa lebih akrab kan.

alasan memilih facebook
Facebook masih jadi pilihan yang sulit untuk ditinggalkan.

#4 Banyak grup komunitas yang aktif

Kegiatan grup komunitas itu memang lebih asyik di FB jika sifatnya dua arah. Saya suka di FB kita bisa menyimpan arsip dengan lebih rapi. Kita bisa membuat album kegiatan yang mudah dicari.

Kelas Literasi Ibu Profesional juga masih bertahan untuk tetap aktif di FB. 

#5 Sistem pertemanan dan bukannya follower

Konsep ini membuat hubungan di FB terasa lebih hangat. Karena kita terasa setara. Bukan sekedar follower seperti di platform lain. Walau bisa juga sih, kalau kita memilih jadi follower publik figure yang ada di FB karena mereka sudah tidak bisa menerima pertemanan lagi.

#6 Fasilitas album untuk menyimpan foto

Album FB itu memang yang terbaik dan bikin FB benar-benar sulit untuk ditinggalkan. Saya tu paling suka buka-buka kenangan lama di album FB. Anak-anak juga. Semua rapi tersimpan di FB. Bahkan jauh lebih bagus daripada di arsip penyimpanan di folder laptop.

#7 Bebas menulis panjang

Menulis panjang tanpa batasan ini memang sangat berguna buat orang-orang yang suka menulis. Saya sendiri tidak nyaman dengan IG ya karena ada batasan captionnya. Repot bener rasanya harus mengatur jumlah karakter yang bisa ditayangkan. Di FB, semua masalah itu tidak perlu dipikirkan.

#8 Nyaman memberi komen dengan image atau stiker

Komen di FB itu memang asyik. Wajar kalau orang bisa ramai saling berbalas komen. Komen di FB itu nggak pelit-pelit seperti di instagram. Bisa dilengkapi dengan image, link, atau sekedar stiker. Pas lah buat ngobrol panjang kali lebar kali tinggi. 

#9 Tampilan status yang menarik

Sekarang status bisa tampil dengan image-image yang menarik dan tidak membosankan. Bisa jadi sih, ini untuk menahan orang-orang tidak terlalu mudah lari ke platform lain. 

Nah kan, kalau dilihat-lihat lagi, memang berat juga kalau harus meninggalkan FB. Facebook-an rasanya masih akan bertahan untuk waktu yang lama. Walau mungkin durasinya yang agak berkurang sedikit ya. 

Selamat FB-an teman-teman. Terima kasih banyak masukannya.

betah berfacebook
Alasan mereka betah ber-Facebook.

(750 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Mengapa Masih Facebook-an?"