Bagaimana Mengajarkan Anak Mengapresiasi Orang Lain?


mengajar anak mengapresiasi orang lain

Di tengah ramainya cerita anak-anak yang suka mem-bully, bicara kasar, hingga kehilangan empati, hari ini Sasya membawa cerita yang berbeda dari sekolahnya.  

Jadi ceritanya Kamis lalu, Sasya mendapat kabar kalau ia meraih juara 1 lomba story telling yang diadakan oleh sebuah sekolah swasta. Saat itu, cukup banyak teman-teman satu sekolah yang ikut lomba. Tidak hanya lomba story telling, tapi juga ada lomba mewarnai, tahfidz, menggambar, dan mendongeng dalam bahasa Sunda.

Ada yang menang. Ada yang kalah tentunya. 

apresiasi keberhasilan teman
Dapat ucapan dan permen kesukaan Sasya dari Yunisna & Corry.

Dan yang menarik adalah… Sasya mendapatkan apresiasi seperti ini dari salah dua temannya, Yunisna dan Corry. Kebetulan kedua temannya ini dari kelas 6B. Sasya dari kelas 6A. Selain untuk Sasya yang juara 1, Yunisna dan Corry juga mengapresiasi Zahra, teman sekelas lain yang juara 2.

Jadi berbeda dengan sekedar ucapan selamat dari teman sekelas, mereka memberikan apresiasi dalam bentuk permen dan catatan kecil yang manis banget.

Selamat ya Sya, kamu hebat banget bisa juara satu. Maaf ya, aku cuman bisa ngasih ini. Semoga suka ya. - Yunisna

Selamat ya Sasya!!! Kamu hebat banget bisa juara 1 Story Telling! Maaf aku cuma bisa ngasih ini. Ini aku buat bareng Yunisna. Semoga suka ya! - Corry

Kerasa sampai ke hati nggak sih ucapan anak-anak yang begitu tulus ini? Kemampuan seorang anak untuk bisa mengapresiasi orang lain menurut saya sangat berharga dan memang perlu dilatih. 

Kita ini bukan bicara mengenai ucapan selamat ala kadar di status sosial saat teman kita menang lomba ini itu ya. Tapi menyampaikan sebentuk penghargaan, bahkan memberikan apresiasi sebagai tanda ikut berbahagia dengan keberhasilan seorang teman. Sekedar informasi, Yunisna dan Corry juga ikut lomba menggambar. Tapi mereka belum menang kali ini. 

Umumnya yang terjadi kalau kita kalah adalah sedihnya duluan. Bahkan bisa jadi ada yang malah marah-marah dan merasa dicurangi. 

Kebetulan hal setipe terjadi juga di jejang pendidikan Kakaknya Raka. Ini bukan kasus yang menimpa Raka, tapi temannya. Ketika kalah bersaing, anak tersebut malah merasa ada yang tidak adil. Bahkan parahnya, ia sampai membully si anak yang berhasil. 

Bisa ditebak, tidak ada manis-manisnya kalau cerita yang ini ya. Karena anak yang dibully sampai harus berurusan dengan rumah sakit karena mengalami depresi. 

Wajar kalau saat sedih atau gagal, dunia serasa berpusat pada diri kita. Kita lupa atau sulit untuk bisa melihat keberhasilan orang lain, ikut senang bersamanya, dan pada akhirnya belajar dari keberhasilan orang lain. 

Harus saya akui, sangatlah mungkin kita mengalami perlakuan tidak adil. Kenapa anak yang curang bisa berhasil? Kenapa saya yang jelas-jelas lebih baik kok gagal? 

Tapi seperti kata-kata yang begitu sering Raka ucapkan akhir-akhir ini: “Sudahlah…. namanya juga hidup…” 

Bahwa semuanya tidak selalu berjalan sesuai kehendak kita. Kadang kita mengalami keberuntungan. Ada juga kalanya kita mengalami ketidakberuntungan. Jangan sampai kekecewaan menutup kebahagiaan yang sebenarnya bisa kamu dapatkan. 

Saat Yunisna dan Corry belajar untuk bisa berbesar hati menerima keberhasilan temannya, mereka sebenarnya sudah menang dalam arti yang sesungguhnya. 

anak-anak Has Darul Ilmi
Anak-anak hebat dari Has Darul Ilmi yang semangat mengikuti lomba di Al Kenzie, 19 Januari 2023.

(500 kata)


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Bagaimana Mengajarkan Anak Mengapresiasi Orang Lain?"