Mengapa Laki-laki Sering Memilih Lari dari Masalah?
Saya itu bawaannya kalau lihat pasangan yang berdebat dengan nada tinggi kok ya bawaannya mau ikutan marah. Duh, salah satu diem dulu kenapa sih!
Begitulah adegan yang diperlihatkan dalam film Noktah Merah Perkawinan yang sekarang sedang tayang di Netflix dan sempat bikin saya rada naik darah nontonnya. E... tapi setelah paksakan nonton 120 menit sampai tamat, akhirnya bisa juga melihat mengapa film ini masuk Top 10 di Netflix Indonesia.
Plot Noktah Merah Perkawinan
Sebenarnya ceritanya sederhana saja. Tentang sepasang suami istri, Gilang dan Ambar yang telah menikah selama 11 tahun namun mengalami masalah komunikasi. Ambar marah karena Gilang tidak terbuka kepadanya mengenai bantuan yang diberikan Gilang kepada mertuanya alias ibunya Ambar. Gilang malah memberitahu ibunya sendiri. Mertua Ambar ini kontan menyindir dan menekan menantunya.
Duh...kebayang lah ribet urusannya kalau perempuan sudah saling sindir kaya begini.
Saat Ambar mau membahas dengan suaminya, Gilang bawaannya menghindar melulu. Gilang malas berdebat dengan istrinya. Ya ialah ya, mana bisa juga kita diskusi dengan orang yang bawaannya senggol bacok.
Karena masalahnya dirasa memburuk, Ambar meminta bantuan penasehat pernikahan. Awalnya Gilang setuju untuk ikut berkonsultasi. Tapi saat disudutkan, Gilang memilih menghindar. Makin marahlah Ambar.
Lalu disaat kondisi rapuh seperti ini, muncullah orang ketiga. Yuli, anak didik Ambar di kelas belajar keramik. Kebetulan pacar Yuli membutuhkan seorang arsitek lansekap seperti Gilang untuk menata cafenya. Makin dekatlah kedua orang ini.
Bagusnya film ini tidak bikin lebih naik darah daripada Layangan Putus kemarin. Noktah Merah Perkawinan menurut saya penyelesaiannya lebih bagus dan lebih banyak pelajaran yang bisa diambil.
Kalau sudah ribut begini, dua-duanya sedih kan... |
Yang menarik dari Noktah Merah Perkawinan
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah bagaimana konsultan pernikahan yang dipilih oleh Ambar, ternyata pernikahannya sendiri tidak utuh. Walau begitu, ia mengaku tidak menutupi hal tersebut dari kliennya.
Saya jadi berpikir, apa ia kita perlu menolak seorang konsultan pernikahan yang pernikahannya sendiri gagal? Saya kok malah berpikir sebaliknya. Mereka yang sudah pernah gagal dalam pernikahan, tentunya bisa lebih memahami apa yang dirasakan oleh orang-orang yang berkonsultasi padanya.
Kebayang nggak sih, kalau rumah tangganya selalu aman damai sentosa. Apa iya dia bisa paham pasangan suami istri yang sama-sama egois dan muda naik darah? Jadi mungkin memang benar tuh, kenapa profil konsultan pernikahan yang konon katanya terbaik di Jakarta ini sebenarnya telah mengalami kegagalan dalam pernikahannya.
Ini mengingatkan saya pada penulis buku bestseller Men from Mars, Women from Venus (1992) John Gray yang juga telah bercerai dari istri pertamanya di tahun 1984. Lalu ia menikah lagi pada tahun 1986 hingga istri keduanya ini meninggal pada tahun 2018.
Sempat rasanya skeptis membeli buku seperti ini dari orang yang pernah gagal dalam pernikahan. Ternyata, ia memang berhasil menulis buku yang sangat luar biasa. Sampai saat ini, saya masih menerapkan beberapa prinsip yang diajarkan John Gray terhadap pasangan.
Kebiasan Laki-laki Lari dari Masalah
Hal lain yang mau saya sorot di dalam film ini adalah kebiasaan laki-laki untuk lari dari masalah saat berdebat dengan pasangannya. Terus terang hal ini memang tidak pernah saya alami sendiri. Karena saya dan suami jarang sekali berdebat. Kalau nggak mau dibilang tidak pernah.
Kok bisa?
Saya jadi mikir, mungkin salah satu keburu takut. Ha...ha... Kami sih jarang marah. Orangnya selow... aja. Kalau ada yang bikin kesal, ya kemungkinan besar emang sudah agak keterlaluan atau keseringan. Lalu salah satu akan memarahi. Ya udah, emang salah. Jadi ya diam saja buat ngedengerin. Begitu juga sebaliknya. Nggak pernah juga jadi marah dua-duanya.
Kenapa Gilang memilih kabur dari masalah saat Ambar menuntut membahas masalah mereka? Ya karena Ambar membahasnya dengan emosi. Dengan menyudutkan suaminya. Duh, siapa juga yang nyaman dibegitukan. Mana enak komunikasi kalau sudah menyinggung harga diri.
Korban sejati dalam sebuah masalah keluarga adalah anak-anak. |
Saya sempat baca tulisan salah seorang penasehat pernikahan yang menyebutkan kalau dia bisa tahu pasangan mana yang akan bercerai dan mana yang bisa bertahan hanya dengan mendengar pilihan kata mereka. Pasangan yang mudah menyinggung harga diri pasangannya, umumnya sulit untuk dipulihkan pernikahannya.
Perempuan memang kadang kalau bicara suka tidak bisa dikontrol. Segala diucapkan. Termasuk asumsi dan hal yang buruk-buruk. Padahal maksudnya bukan begitu juga. Itu sekedar ekspresi kegalauan saja.
Saya juga sebenarnya suka begitu. Over thingking berlebihan, ketakutan, keraguan, semua perasaan bercampur aduk. Tapi saya terbiasa menyaringnya dulu dalam bentuk tulisan. Bukan sesuatu yang saya sampaikan ke dunia dalam bentuk status sosial. Tapi sesuatu yang saya tulis dalam catatan pribadi. Bukan dengan maksud menghakimi, tapi lebih untuk mengenali perasaan apa yang sebenarnya saya rasakan.
Kemarahan ini sebenarnya timbul karena apa? Kenapa saya harus punya perasaan seperti ini? Apa sebenarnya yang saya inginkan? Apa harapan saya orang di sekitar saya lakukan? Kebiasaan menulis ini, membantu saya untuk bisa lebih tenang dalam menyampaikan perasaan. Jadi nggak emosian. Walau mungkin malah bikin orang lain yang emosian karena nggak sabaran ya. Ha...ha...
Jadi menurut saya, sebagai perempuan kita bisa membantu laki-laki untuk tidak perlu lari dari masalah dengan mencoba untuk bisa lebih tidak emosional dalam menghadapi sesuatu. Solusi itu bisa didapat dengan diskusi. Bukan dengan ego saya benar dan kamu salah. Ribet kalau sudah begitu.
Hindari Pasangan yang Tengah Bermasalah
Hal ketiga yang menarik perhatian saya adalah mengenai orang ketiga. Salut sama Gilang yang tidak tergoda oleh orang ketiga dalam situasi seperti ini. Walau menurut saya itu terlalu utopis. Ada bapak-bapak yang lagi stress dicemberutin istrinya, lalu disukai oleh perempuan muda yang cantik. Rasanya itu defaultnya pasti kejadian deh.
Dalam kondisi rentan seperti itu, memang sebaiknya nggak usah lah ngundang-ngundang setan untuk dekat-dekat. Di sini lah sebaiknya seorang perlu bisa jaga diri untuk tidak jatuh dalam godaan menyukai orang lain yang masih dalam ikatan sah pernikahan.
Hindarilah seperti menghindari ular sejak awal! Karena hal seperti ini akan bikin masalah berkembang jauh lebih parah.
Jika memang benar-benar berjodoh. Biarkan satu urusan diselesaikan terlebih dahulu. Apakah mau bercerai atau lanjut. Biarkan pasangan itu memiliki waktu cukup untuk bisa berpikir jernih. Sebuah kesalahan besar, untuk dekat-dekat dengan pasangan orang lain saat pernikahan mereka sedang bermasalah. Yang tidak ada apa-apa, bisa jadi ada apa-apa.
Jangan dekati pasangan yang tengah bermasalah. |
Data Film
Pemain: Marsha Timothy (Ambar), Oka Antara (Gilang), Sheila Dara Aisha (Yuli)
Sutradara/Skenario: Sabrina Rochelle Kalangie
Produser: Gope T Samtani
Produksi: Rapi Film
Tanggal Rilis Bioskop: 15 September 2022
Durasi: 120 menit
2 komentar untuk "Mengapa Laki-laki Sering Memilih Lari dari Masalah?"
Jangankan laki-laki, aku juga milih kabur kalau menghadapi orang nyolot ga pake rem hehehe...
Komunikasi adalah kunci sebuah hubungan ya emang.