Review Kelab Dalam Swalayan Abi Ardianda

 

review kelab dalam swalayan

Sebenarnya jarang-jarang saya memilih buku bacaan tanpa dapat rekomendasi yang meyakinkan dari teman-teman. Sebelum memilih sebuah buku, biasanya saya merasa perlu tahu dulu buku tersebut bercerita tentang apa dan bagaimana daftar isinya.

Ini berbeda saat bertemu dengan novel bersampul gelap yang sepertinya tidak menarik berjudul Kelab Dalam Swalayan di rak buku adik saya, Sandra. 

“Katanya ini novel bagus Kak, baca aja dulu,” puji Sandra.

Hanya karena katanya ini novel bagus, saya pun memutuskan membawanya ke rumah. Ditumpuk dengan daftar buku bacaan lain. Sampai suatu malam sebelum tidur, saya tergoda mengambilnya.

Mulai dari prolog tentang seorang perempuan yang memesan sebuah kamar di hotel jam-jam an sambil memapah temannya. Temannya ini sebenarnya sudah jadi JENAZAH!

Yup ini novel thriller. Bukan genre novel favorit saya sih sebenarnya. Tapi entah kenapa saya begitu penasaran untuk melanjutkan masuk ke bab pertama mengenai kejadian 45 hari sebelumnya. Jadi terasa kaya di film-film gitu ya. 

Dari sana, berkenalan lah saya si tokoh utama cerita yang terasa unik dan misterius. Sonja si bungsu berusia 28 tahun, yang ragu akan pernikahannya dengan Nohan. Di keluarga Sonja, tidak ada profil laki-laki. Ayahnya meninggal saat ia berusia SD. Dan sejak itu, sepertinya profil ayah memang ingin dihilangkan oleh ibunya.

Ibu Sonja, Diajeng Anjani adalah perempuan berusia 60-an yang juga pengusaha jaringan kedai teh yang sudah punya reputasi nasional dan merambah pasar internasional. Kakak tertuanya Kemala Anjani adalah seorang dokter bedah yang masih single di usia 40-an. Sementara Kakak keduanya Irene Anjani adalah selebgram dan mama seorang anak SMP. 

Cerita diawali dengan Sonja yang menemukan sebuah pintu dalam swalayan secara tak sengaja. Ya, ada kelab malam yang memerlukan akses khusus di belakang sebuah swalayan. Dengan menyogok penjaga swalayan, Sonja akhirnya bisa masuk. Di sana ia bertemu dengan Mega, seorang penari telanjang yang ternyata mengetahui hal-hal yang sangat ia rahasiakan dalam hidupnya.

Kok bisa? Emang siapa ini si penari telanjang? Serius bisa ada kelab kaya gini di belakang sebuah swalayan? Terus terang ini sekarang bikin saya mikir yang nggak-nggak kalau masuk Indomaret atau Alfamart. Ha...ha...

Novel Kelab Dalam Swalayan terdiri dari 283 halaman dan dibagi dalam 29 bab. Tidak ada judul babnya. Hanya angka saja. Setiap bab tidak panjang. Hanya terdiri dari 8-10 halaman saja per bab. Bab yang pendek ternyata bikin kita merasa lebih mudah dalam membaca. Nggak keburu capek. 

Setiap mengawali bab baru, saya memutuskan untuk menutup novel ini pada akhir bab dan melanjutkannya besok. Anehnya, saya nggak bisa berhenti. Setiap akhir bab, rasa penasaran saya terus menggoda untuk menamatkan bab demi bab. Nggak terasa, semalam itu akhirnya tamat setengah buku. 

Esok harinya saya kembali melanjutkan membaca. Karena penasaran, saya pun kembali ke kebiasaan jelek saya untuk langsung lompat ke halaman paling belakang. 

Saya hanya menemukan 1 kunci jawaban saja. Jadi nggak bisa ngerti. Terus saya pindah ke 2 bab terakhir, berharap bisa menjawab lebih jelas. Eh, cuma ada 1 kunci lagi saja. Masih belum ngerti juga. Begitu juga pas saya buka bab ke-3 dari terakhir. 

Ah… asli ini si Abi pinter sekali mengatur plot cerita sehingga orang harus benar-benar membacanya dari awal sampai akhir secara berurutan. Jadi kalau ketemu pembaca yang punya hobi jelek seperti saya bakal mati gaya dan nggak ada pilihan lain untuk membaca berurutan dari awal sampai akhir. 

Bagaimana bab demi bab bergulir dengan banyak kejutan. Beneran seperti mengupas bawang yang banyak lapisannya. Satu demi satu rasa ingin tahu pembaca dan juga Sonja terbuka. Kita terasa ikut menyatu dengan tokoh Sonja.

Saya sebenarnya tidak pernah terganggu dengan yang namanya spoiler, tapi untuk novel ini saya benar-benar merasa para pembaca perlu menikmatinya sendiri. Saya biasanya sebelum membaca perlu tahu dulu plot dan akhir cerita. Kalau tidak masuk akal atau akhirnya gantung, saya memilih untuk tidak membacanya. Sayang waktu ah rasanya.

Untuk Kelab Dalam Swalayan, saya merasa teman-teman cukup tahu bahwa “Novel ini bagus bagi penyuka cerita unik yang menegangkan.” Plotnya sangat rapi. Dan akhir ceritanya cukup memuaskan. Sisanya, teman-teman perlu menikmati sendiri kehebatan cara bercerita Abi Ardianda.

novel karya abi ardianda


Kutipan dari Novel Kelab Dalam Swalayan

Jarang-jarang saya menemukan banyak kutipan menarik dari sebuah novel. Biar nggak lupa dan mudah dicari, beberapa saya simpan di sini ya. 

“Jangan pernah menggunakan laki-laki untuk mendapatkan barang-barang yang kamu inginkan bila tidak ingin mereka mengobjektifikasi dirimu.” - halaman 22

Ini adalah kutipan yang diingat Sonja, ketika teman-temannya saat bridal shower untuk meminta mahar barang mahal ke calon suaminya. Kalau bisa beli dengan gaji sendiri, kenapa juga harus minta-minta ya. 

Memang sih, pesan girl power dalam novel ini terasa kuat banget. Laki-laki digambarkan sebagai karakter antagonis yang seringkali merugikan dan merusak perempuan. Saya sebenarnya kurang nyaman dengan penggambaran seperti ini karena terasa tidak benar-benar adil juga. Tapi ya itulah potret kehidupan yang dialami orang-orang tertentu. 

Mengenai cinta sejati

“Sejujurnya, bagiku Nohan dan jutaan orang lain di dunia ini hanya meromantisasi gagasan tentang belahan jiwa. Bagiku, cinta perlu diuji. Kita baru akan paham konsep belahan jiwa setelah puluhan tahun berbagi atap. Aku sepakat dengan sastrawan senior yang mengatakan bahwa cinta, sesungguhnya adalah semua yang tersisa setelah letupan padam. Bukan gelora yang hadir saat kau terpikat pada seseorang dengan tubuh dan penampilan memukau. Itu upaya menerjemahkan cinta dengan cara yang malas.” - halaman 97

“Perempuan yang sedang menari telanjang selalu dianggap pemandangan menarik. Mereka tidak tahu, pemandangan bola-bola jakun yang turun naik, bibir-bibir beraroma tembakau yang tersenyum, tangan-tangan gemuk berambut lebat menyodorkan sesuatu yang kuperlukan untuk bertahan hidup juga tidak kalah menarik. Pemandangan itu menampilkan ketidak berdayaan. Ketidakadaan kendali. Bagiku, ini cara yang tangguh untuk mendapatkan uang. Meski tidak mudah.” - halaman 114

Walau dalam cerita ini adalah karakter bernama Mega yang berprofesi sebagai penari telanjang, namun tidak ada adegan ranjang yang vulgar yang digambarkan. Ini yang saya suka. Sudahlah, adegan-adegan seperti itu memang menurutku tidak perlu dituliskan. Biarkan kecerdasan pembaca untuk berimajinasi sesukanya. 

“Dalam business dinner, Nohan membutuhkanku sebagai pajangan. Para pria percaya kesuksesan terasa hampa tanpa hadirnya perempuan. Jangan lupa, si perempuan tidak boleh berganti-ganti. Sebab hal tersebut mempengaruhi reputasi. Terutama bila mereka perlu segores tanda tangan di atas meja. Keperluan semacam itu hanya bisa dipenuhi oleh penyandang gelar pasangan resmi. Kau harus tahu perempuan mana dipilih untuk acara apa.” - halaman 119

“Nohan senang sekali melihatku menyimak segunung prestasi yang diraihnya. Kurasa ia memilihku karena di matanya akulah pengagumnya nomor satu. Bersamaku, dia selalu tampil sebagai bintang utama.” - halaman 125

Bener banget ya, setiap orang akan selalu suka dikagumi. Apalagi jika itu benar-benar tulus. Hubungan orang banyak rusak ketika kita melakukan sebaliknya. Melukai harga diri orang lain dengan meremehkan mereka. 

“Dunia bisa jadi tempat yang sangat bengis bagi orang-orang yang hidup hanya memakai perasaan. Udah lama aku berhenti menggunakannya.” - Mega, halaman 149

“Seharusnya, aku tidak perlu menggunakan perasaan tiap menyikapi apa pun. Cukup bertindak saja, tanpa melibatkan intuisi. Namun, aku tidak percaya bahwa cinta dan intelektualitas bisa berjalan beriringan. Tidak jadi soal berapa tingkat emotional intelligence yang kamu kuasai, ketika kamu jatuh cinta, kamu tetap akan berubah dungu. Setidaknya untuk sementara waktu, sampai letupan endorfin dalam tubuhmu menyurut.” - halaman 152

kutipan novel kelab dalam swalayan


Setelah menamatkan novel ini dalam waktu 2 hari, saya pun langsung kepoin penulisnya di Instagram untuk menyampaikan kekaguman saya sama novel Kelab Dalam Swalayan. Apalagi langsung dibalas DM-nya, ah...senang sekali rasanya. Ini lah asyiknya dunia sosial media. Kita bisa dengan mudah menyampaikan pendapat kita terhadap suatu karya langsung ke penulis.  

Gimana teman-teman? Tertarik memasukkan novel ini ke dalam wishlist bacaan?

Data Novel Kelab Dalam Swalayan

Judul: Kelab Dalam Swalayan
Penulis: Abi Ardianda
Editor: Dian Pranasari
Penerbit: Baca (Juni 2021)
Halaman: 287
Harga: Rp 79.500,-

Sssttt, lagi ada diskon tuh di Shopee dan Tokopedia-nya Penerbit baca. Langsung saja ya meluncur ke sana.

(900 kata diluar kutipan)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

1 komentar untuk "Review Kelab Dalam Swalayan Abi Ardianda"

Comment Author Avatar
wahhh menarik bgtt, btw boleh dibaca buat anak SMA ngga kak?