Review film Ali & Ratu-ratu Queens
Cita-cita sebesar apa yang membuat seorang ibu meninggalkan anaknya?
Ketika teman-teman di WAG AR 93 membahas mengenai film ARRQ yang mengambil setting kota New York ini, entah kenapa saya tiba-tiba penasaran sekali. Akhirnya bela-belain deh bulan ini berlangganan Netlix paket paling murahnya aja.
Dan benar saja, sebuah film yang sangat tidak mengecewakan. I love it so much. Ceritanya bagus, pesannya dalam, settingnya cantik, dialognya mengalir wajar, dan pemeran-pemerannya begitu natural.
Kebayang kalau ini film masuk bioskop masa pandemi, sepertinya akan masuk film dengan jumlah penonton terbanyak deh.
Plot Ali & Ratu-ratu Queens
Kehangatan Ali dan Mamanya sebelum Mamanya mengejar mimpi ke New York. (Sumber: Palari films) |
Sebenarnya ceritanya sangat sederhana. Tentang Ali (Dilan, eh Iqbal Ramadhan) yang ingin menemui ibu yang sudah meninggalkannya sejak usianya 5 tahun. Saat itu ibunya Mia (Marissa Anita) pergi ke New York meninggalkan anak dan suaminya demi mengejar cita-citanya sebagai penyanyi. Namun tidak pulang-pulang hingga membuat ayahnya marah dan menceraikannya.
Beberapa bulan setelah Ayahnya meninggal karena sakit jantung, Ali yang telah berusia 17 tahun memutuskan untuk mencari ibunya ke New York. Sebenarnya sempat ditentang oleh keluarga besar ayahnya, karena mereka semua menganggap ibu Ali sudah tidak ada karena tega meninggalkan keluarganya.
Ini salah satu poin bagus yang saya suka dari cerita ini. Bagaimana ditampilkan keluarga Indonesia itu tidak akan pernah sendiri. Kita itu punya keluarga besar. Ada om, tante, sepupu, yang akan selalu menemani kita. Walau itu kadang sumber keresean yang menyebalkan ya.
Ketika Ali menemukan surat dari ibunya yang disertai tiket ke Amerika dalam barang-barang ayahnya, ia semakin yakin bahwa ibunya menunggunya. Ia pun minta dukungan Budenya (Cut Mini Theo) dan sepupunya Zulfang (Bayu Skak) untuk membantunya menemui Mamanya di New York.
Pencarian di New York dimulai dengan mengunjungi alamat ibunya di Queens. Apartement tempat ibunya kini didiami oleh 4 orang tante-tante dari Indonesia. Ada Tante Party (Nirina Zubir), Tante Biyah (Asri Welas), Tante Chinta (Happy Salma), dan Tante Ance (Tika Panggabean).
Untung ada tante-tante di Queens ini buat nemenin Ali (sumber: Palari Films) |
Dari Tante Party, Ali akhirnya tahu kalau mamanya sudah tidak tinggal di situ lagi. Dan mereka tidak ada yang tahu kemana pindahnya. Karena merasa kasihan, sekaligus butuh uang juga, akhirnya ke-4 tante itu sepakat menampung Ali dan berjanji membantu mencarikan mamanya.
Yang bikin sedih adalah saat akhirnya Ali bisa menemukan alamat baru Mamanya. Kebayang nggak sih, Mama yang selama ini ia rindukan, ternyata tidak memberikan reaksi seperti yang ia harapkan.
Duh kita yang nonton ikutan mual dan sedih deh nontonnya.
Tapi cerita ini endingnya nggak sedih kok. Malah begitu bisa dibilang begitu hangat.
Cita-cita seorang ibu
Dibalik setting kota New York yang diambil dengan cantik oleh Lucky Kuswandi, sebenarnya yang bikin saya agak sesak adalah masalah ibu yang tega meninggalkan seorang anak.
Is it worth it?
Cita-cita sebesar apa yang membuat seorang perempuan bisa mengambil keputusan untuk meninggalkan anak dan suaminya?
Saya tahu setiap orang boleh mengejar impiannya setinggi langit. Apakah ia laki-laki atau perempuan, semua punya hak yang sama untuk mengejar mimpi. Tapi apakah itu harus dibayar dengan melepaskan apa yang telah ada dalam genggaman?
"Kamu sudah jadi istri yang baik, ibu yang baik di sini." - Ayah Ali
Saya suka sekali mengamati teman-teman yang memiliki karir bagus, berpendidikan S2 hingga S3. Rata-rata ceritanya adalah bagaimana mereka berusaha menyeimbangkan antara peran sebagai ibu, istri, dan tetap mengejar cita-cita.
Ada yang memilih kuliah di Indonesia demi tetap berkumpul dengan anak. Ada yang keluar negeri, tapi keluarganya ikut. Intinya semua berusaha untuk mencari jalan tengah agar tidak ada yang perlu dikorbankan.
Mimpi seorang Mama terpenuhi, namun keluarga juga tidak ditinggalkan.
Buat yang kangen Dilan... (Sumber: Palari Films) |
Meninggalkan keluarga termasuk KDRT
Pilihan hidup meninggalkan keluarga dalam waktu yang lama, seperti yang dilakukan Mia, mamanya Ali ini sebenarnya termasuk KDRT loh.
Saya juga baru tahu ternyata memang ini diatur dalam Pasal 9 ayat 9 (1) UU PKDRT. Disebutkan bahwa setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya. Seorang ibu atau ayah berkewajiban untuk memelihara dan tidak menelantarkan anaknya.Hukumannya bisa maksimal 3 tahun penjara atau denda paling banyak 15 juta rupiah.
Anak itu adalah sebuah karunia terbesar dari Tuhan untuk orang-orang terpilih. Jadi ketika kita diamanahi seorang anak, rasanya tidak ada cita-cita yang lebih besar daripada membesarkan mereka dengan sepenuh hati.
Cita-cita yang lain bisa kita sesuaikan dengan kondisi anak-anak dan keluarga. Saya sih percaya kalau tidak ada anak-anak atau suami yang yang ingin ibunya tidak bahagia. Pasti semua ingin membantu untuk mendukung impian anggota keluarganya.
Melihat sisi lain dari sebuah kesedihan
Orang-orang keren dibalik Ali & Ratu-ratu Queens (Sumber: Palari Films) |
Ini yang saya maksud dengan pesan yang dalam dari film ini.
Kita punya mimpi. Kita punya harapan. Kita punya keinginan. Kita mengejarnya dengan penuh kegigihan. Namun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Kemudian kita marah. Kecewa. Sedih. Tapi...jangan pernah lupa, dalam perjalanannya kita menemukan banyak hikmah dan dan kebahagiaan lain yang bisa disyukuri.
Ah… makasih banget buat Lucky Kuswandi (Sutradara), Gina S Noer (Skenario), dan Palari Film yang sudah nambahin 1 lagi film Indonesia yang pesannya begitu dalam.
6 komentar untuk "Review film Ali & Ratu-ratu Queens"
sejak liat teasernya udah tertarik nonton, baca ini makin pengen nonton...
Tapi, kembali lagi...sang Ibu merasa masih di awang-awang, berarti ada yang tidak membuatnya bahagia dan bersyukur ketika memiliki suami dan anak.
besok mau kutulis ah plus minusnya