The Cringe Stories, Kumpulan Cerpen yang Tidak Biasa dari Rijo Tobing
Ada teman-teman yang suka baca cerita pendek? Saya punya review kumpulan cerita pendeknya Rijo Tobing, The Cringe Stories nih.
Ketika majalah fisik masih berjaya, cerpen seringkali menjadi daya tarik agar orang mau membeli. Saya pribadi suka sama cerpen karena bisa dilahap dengan cepat. Namun isinya penuh makna untuk bisa dikunyah-kunyah seharian.
Berbeda dengan novel yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menikmati plot ceritanya yang naik turun. Itu sebabnya saya tertarik ketika penulis yang juga teman saya di komunitas Kelas Menulis Ibu Profesional (KLIP) dan Mamah Gajah Ngeblog (MGN), memamerkan buku kumpulan cerpennya.
Kebetulan udah lama nih nggak baca-baca cerpen seru.
Tentang Apa Sih The Cringe Stories Itu?
Buat yang nggak suka horor, nggak usah parno dulu lihat cover buku hitam gelap bergambar tangan dengan jari pada posisi yang aneh. Ini hanya kumpulan 9 cerita pendek yang .... cringe....sih emang.
Ada yang bikin ngeri, meringis, gemes, kesel, ah...gado-gado gitu lah.
Tokoh ceritanya ada yang seorang kakek pensiunan yang kurang kerjaan, karyawan bank yang memuja seorang selebritis, tukang galon yang tidak bisa membaca, gadis gendut berberat 115 kg, dan masih banyak lagi.
Paling suka kalau dapat buku bertandatangan penulisnya langsung |
Siapa Yang Perlu Baca The Cringe Stories?
Cerita di buku setebal 165 halaman ini enaknya kalau dinikmati satu cerita demi satu cerita. Kebetulan saya memilih waktu membaca menjelang tidur. Rasanya pas banget ngemil 1 cerita buat 1 malam.
Cerita-cerita yang ditampilkan beneran bikin mikir dan membuat saya hanyut mikirin ni cerita seharian, sebelum lanjut membaca cerita baru untuk keesokan harinya.
Menurut saya, The Cringe Stories cocok banget dibaca oleh teman-teman yang nggak selalu punya waktu panjang untuk menikmati novel setebal bantal, tapi ingin menambah wawasan dengan plot-plot cerita yang tidak biasa.
Mengapa The Cringe Stories Berbeda dari Kumpulan Cerpen Biasa?
Asli ya, saya suka banget semua cerita dalam buku ini. Ya SEMUA! Kesembilan-sembilannya. Saya selalu berusaha nggak japri Rijo buat mengganggunya dengan komen saya setiap habis baca cerita. Di tahan-tahan sampai sudah baca seluruh cerita.
Yang bikin cerita ini nggak biasa kalau menurut saya adalah dari pilihan plot cerita yang unik. Ini bukan cerita fantasi. Kejadian nyata yang bahkan menurut penulisnya "inspired by true stories." Ya, ini cerita yang sangat mungkin ada di sekitar kita, tapi Rijo bisa membelokkannya menjadi cerita-cerita yang tidak biasa.
Seperti di cerita Pisau yang mengangkat kisah seorang ibu dan anak perempuannya yang akan membeli rumah.
Tidak ada yang aneh kan. Biasa saja.
Cerita jadi cringe, ketika ternyata calon penjual adalah seorang laki-laki yang depresi karena ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya. Mana pake megang-megang pisau lagi...ih ngeri banget nggak sih nemu penjual kaya gitu.
Atau dalam Mobil di Pengkolan yang bercerita tentang seorang kakek yang mengamati sebuah mobil yang selalu terparkir di pengkolan jalan dekat rumahnya.
Sejauh ini mungkin cerita biasa kan. Masalah klasik perumahan kompleks berjalan sempit.
Tapi jadi lain, ketika Rijo menambahkan fakta bahwa ada banyak uang di dalam mobil tak bertuan tersebut. Ah... jadi ngayal deh gimana kalau saya yang nemu rejeki nomplok kaya gitu ya?
Penulis yang juga lulusan Teknik Industri ITB angkatan 2000 ini, kelihatan banget pinternya dalam menulis cerita. Tahu sih Rijo pintar, tapi cerpen karyanya ngajak kita pembaca ikutan pintar juga.
Ini kan yang bikin asyik. Bukan sok ngajarin, tapi kalau wawasan kita jadi nambah saat baca cerita, kan rasanya seneng aja.
Beda ceritanya kalau kita baca buku trus ada perasaan kaya kecerdasan kita dilecehkan dengan plot cerita yang nggak masuk akal. Kujamin di buku ini, hal itu tidak ditemukan.
Dalam cerita Rekening, tokohnya adalah teller bank yang membuka kerahasiaan nasabahnya hanya karena nasabahnya adalah seorang aktor terkenal yang ia kagumi.
Kita jadi tahu mengenai bagaimana cara pegawai bank bekerja. Resiko data-data kita jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung-jawab bisa ada aja. Nggak sebatas itu, pembaca juga akan dicerdaskan mengenai konsekuensi hukum dari membongkar data nasabah.
Layout Cringe Stories yang peletakan halamannya agak berbeda dari buku umumnya. |
Buat saya cerita yang paling cringe adalah Suara. Kisah ini terasa begitu dekat dengan keseharian umumnya ibu-ibu.
Bercerita tentang seorang ibu yang memiliki 3 anak berusia remaja. Seorang ibu yang selalu berkutat dengan kesibukan rumah tangga, namun tidak bahagia karena kurangnya perhatian suami yang bekerja di luar kota dan anak-anak yang sering mengacuhkannya.
Ini pasti gara-gara arisan di RT yang Ibu ikuti sebulan sekali. Sepertinya di sana semua orang saling membandingkan keadaan di rumah masing-masing. Akibatnya Ibu jadi menganggap keadaan di rumah kami tidak ideal dan di rumah orang lain lebih baik. Dia jadi ingin mengubah semua kebiasaan kami supaya mengikuti kebiasaan orang lain.
- Suara hal 96
Walau diceritakan dengan mengambil sudut pandang anak tengah perempuannya, saya bisa membayangkan cerita ini dari sudut pandang si Ibu. Puk...puk Bu, nasibmu kok ya tragis banget.
Entah kenapa, saya selalu nggak enak hati kalau lihat ibu-ibu yang tidak bisa mendapatkan kebahagiaannya sendiri atau meletakkan kebahagiaannya di tangan orang lain.
Terkadang aku bingung, aku merindukan Ayah karena membutuhkan kehadirannya atau karena aku ingin Ayah mengimbangi dominasi Ibu di rumah?
- Suara hal 98
Kalau dalam cerita Gendut, penulis membuka wawasan kita mengenai beberapa upaya medis untuk mendapatkan tubuh langsing. Dari sekedar sedot lemak, sampai berbagai macam operasi lambung yang mungkin dilakukan.
Sudut pandang kita memandang makanan dan orang kegemukan juga jadi agak berubah setelah membaca cerita tentang seorang gadis berberat badan 115 kg, tinggi 175 cm dan bercelana jins no 48 ini.
Saat cinta dan perhatian gadis lain seusiaku ditujukan pada deretan penyanyi terkenal bermata biru dan laki-laki keren pebasket di sekolah, cinta dan perhatianku hanya tertuju pada tukang batagor yang berjualan di kantin sekolah.
- Gendut hal 127
Buat teman-teman yang kepengen ngintip seperti apa sih gaya penulisan Cringe Stories, bisa mampir ke blog penulis. Ada cerpen Gendut yang bisa dibaca lengkap di sana.
Tapi disclaimer ya sebelumnya. Pembaca kemungkinan mendapatkan efek samping berupa ketagihan dan pengen baca cerita-cerita lain.
Dari jarak jauh aku memperhatikan bagaimana orang-orang mulai mengambil tempat pada panggung kehidupan, lengkap dengan lampu sorot, kecil atau pun besar, untuk menunjukkan siapa diri mereka. Aku enggan berebut ruang dengan siapa pun. Aku sudah cukup puas duduk di kursi penonton memperhatikan deretan aktor yang meributkan hal remeh-temeh atas nama kehausan mereka akan kasih sayang.
- Gendut hal 126
Buat para pecinta drakor, ada juga cerita dengan bau-bau Korea berjudul Cermin. Bercerita tentang pemilik salon yang banyak melayani pelanggan oppa-oppa Korea. Dalam cerita ini, penulis mengenalkan kebiasaan pelanggan Korea dan sejumlah penggalan kalimat dalam bahasa Korea.
Entah, si Rijo nih mainnya kemana, sampai tahu banyak hal-hal seperti ini.
Siapa Rijo Tobing?
Setelah bongkar-bongkar blog rijotobing.wordpress.com, akhirnya terjawab sudah penulis mainnya kemana aja sampai akhirnya bisa membuat cerita yang unik-unik begitu.
Pemilik nama asli Ribkha Jordaniari Hasibuan ini, walau usianya baru akan 40 tahun tahun depan, ia sudah belajar banyak sekali. Emang orang yang sangat suka belajar.
Sejak dini sudah dikenalkan dengan Bahasa Inggris dan Jerman dari Mamanya yang pengajar Bahasa Jerman. Efek lama di Bandung, Rijo fasih berbahasa Sunda, bahasa orang tuanya Batak, bahasa Indonesia, Inggris dan Jerman.
Karena pintar Bahasa Jerman ini, Rijo terpilih untuk riset di Jepang selama 1 tahun pada masa kuliahnya. Di sini ia memperdalam bahasa Jepang dan Koreanya. Selanjutnya ia berkesempatan untuk mendalami bahasa Prancis.
Tidak hanya menguasai sejumlah bahasa, Rijo juga menyempatkan diri untuk belajar piano, taekwondo, menjahit, sampai balet segala. Bener-bener Mama 3 anak yang rajin belajar dan tidak sombong.
Ditolak, diremehkan, dibohongi, tidak dianggap, karya saya dibajak, semuanya sudah saya alami. Setiap kali rasanya terlalu berat untuk melangkah maju, saya cuma ingat satu hal. Gak apa-apa, belum sampai mengeluarkan darah, kok. Saya belum sampai mati.
- Rijo Tobing
Buat yang penasaran dengan buku The Cringe Stories dan ingin berkenalan langsung dengan penulis, silakan langsung mampir ke IG @randomnessinsidemyhead.
Rijo dan 4 buku karyanya. Sumber: rijotobing.wordpress.com |
Data Buku The Cringe Stories
Judul The Cringe Stories
Penulis Rijo Tobing
Penerbit Pustaka Pranala, Oktober 2020 (cetakan pertama)
Halaman: 165 halaman
Harga Rp 85.000
Buku bisa didapatkan di: Sky Books
17 komentar untuk "The Cringe Stories, Kumpulan Cerpen yang Tidak Biasa dari Rijo Tobing"
Dan yaa, teh Shan...kak Rijo ini sungguh peka loo...orangnya.
Aku kalau ngobrol sama beliau suka mendadak adeeeemm.
Sukses terus kak Rijo.
Selalu menjadi yang terbaik diantara yang terbaik.
Aku nanti masukin list blogger buat ngadain blogtour yaa, teh..
Dengan senang hati dan penuh kebanggaan kalau aku kenal penulisnya loo...hihi~
Seneng kalau baca kumcer, banyak cerita dari sudut pandang lain, dalam 1 buku
Aku selalu suka karya kak Rijo, baik itu di blog, di Kompasiana, di mana aja dah.
Blio bikin buku ini, auto mupeng buat baca!
Saya suka genre seperti ini, Karena ending nya bikin penasaran
aku pun juga uda namatin kumcer dari kak rijo ini
paling suka cerita ttg handphone