Mengapa Para Remaja Perlu Baca Buku Masih Belajar-nya Iman Usman?

Saya biasanya tidak terlalu tertarik baca buku biografi orang yang belum meninggal. Bukan apa-apa sih, menurut saya orang yang belum selesai tugasnya di dunia ceritanya belum rampung. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidup mereka. Orang yang hari ini terlihat di puncak, bisa jadi besok ada di lembah. Kelebihan dan kekurangan mereka belum bisa dilihat secara utuh. Intinya, ceritanya belum rampung.

Namun baca bukunya Iman Usman, pendiri Ruang Guru yang menulis buku ini di usia 27 tahun membuat saya punya wawasan baru memandang buku biografi.

Masih Belajar


Iman memang masih sangat muda. Ia bahkan belum menikah dan memiliki anak-anak yang biasanya akan banyak sekali memberi warna dalam hidup seseorang. Perjalanan hidupnya masih akan sangat panjang. Ia masih perlu banyak belajar. Makanya judul bukunya juga Masih Belajar ya.

Emang siapa sih Iman Usman itu?

Iman Usman adalah salah satu pendiri Ruang Guru bersama sahabatnya Adamas Belva Syah Devara. Sebuah situs pendidikan yang ia dirikan tahun 2014. Hingga April 2019 telah digunakan oleh lebih dari 12 juta orang serta mempekerjakan lebih dari 1200 pegawai.

Sejak kecil jiwa sosialnya sudah muncul. Ia terus aktif berorganisasi hingga masa kuliah. Prestasi akademisnya juga nggak kaleng-kaleng.

Di masa SMA tercatat sebagai Siswa Teladan se-Sumatra Barat dan Asia Pasific Microsoft Innovative Student Award 2009. Semasa kuliah S1 di UI sempat jadi Mahasiswa Berprestasi Utama I Tingkat Nasional tahun 2012. Iman mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah S2 di Columbia University yang bisa ia selesaikan dalam waktu 1 tahun dengan IPK 3,9.

Kalau lihat casing-nya, Iman ini tipe anak sukses impian banyak orang. Yang kita mau tahu, cerita apa sih dibalik prestasi sepanjang rel kereta api itu? Itu semua diceritakan Iman dengan asyik di buku setebal 224 halaman ini.

Sumber: @Sylviaduckworth

Sebenarnya buku Masih Belajar ini punya anak saya Raka. Ia bersikeras membeli buku seharga hampir 100 ribu ini dengan uang sakunya sendiri. Katanya biar dia punya komitmen untuk bisa menamatkan membaca 1 buku. Selama ini, Raka hanya baca buku-buku koleksinya Mama saja.

“Kurang semangat bacanya kalau buku-bukunya Mama. Mungkin kalau beli buku dengan sendiri, aku jadi lebih semangat membacanya sampai tamat,” katanya.

Percaya nggak, ini adalah buku yang pertama dibeli Raka sendiri. Di usianya yang ke-13!

Tapi berhubung yang hobi membaca di rumah ini adalah Mama, jadi Mama duluan yang baca buku ini. Cukup 2 hari untuk benar-benar jatuh cinta dan bisa bilang kalau buku ini sangat perlu dibaca untuk anak-anak usia SMP dan SMA.

Isinya bagus banget!!!

Apa yang Menarik dari Buku Masih Belajar?

Anak-anak jadi bisa belajar bagaimana seorang Iman Usman mengambil KEPUTUSAN di masa SMP, SMA, hingga lulus kuliah S1 dan S2. Untuk urusan ini, Iman sudah menyelesaikannya dengan baik.

“Ah tapi Kak Iman kan tipikal anak pintar. Saya kan nggak. Itu bacaan yang cocoknya untuk anak-anak pintar dan ambisius saja. Kalau saya sih kapasitasnya sudah mentok nggak bisa diapa-apain. Ntar malah frustasi baca buku orang sukses kaya gini.”

Eits, jangan salah. Tiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Mau pintar, kaya, cakep, semua punya masalah masing-masing yang bisa jadi sama beratnya dengan mereka yang ngerasa diri nggak pinter-pinter amat, nggak kaya-kaya amat, nggak cakep-cakep amat.

Semua orang punya masalah uniknya sendiri. Masalah yang mungkin memang sengaja Tuhan ciptakan khusus untuk dirimu sendiri.

Kenapa?

Agar kamu bisa mencari solusinya dan menjadi inspirasi buat orang-orang di sekitarmu. Inilah yang bisa dipelajari dari buku Masih Belajar.

Iman itu kalau saya baca dari cerita-cerita yang dia sampaikan sendiri, kayanya emang tipe anak yang bullyable juga. Tipe anak yang BERANI BEDA. Bukan tipe anak yang asyik buat diajak malas-malasan atau nakal-nakalan. Iman adalah anak yang suka banget belajar dan cukup ambisius dengan prestasi sekolah.

Kenapa Iman Usman Berani Beda?

Alasannya sangat sederhana. Karena ingin membanggakan orang tua.

Iman adalah anak bungsu dari 6 bersaudara. Ayahnya adalah penjual minyak dan ibunya IRT. Hanya sebatas lulusan SMA dan SMP saja. Iman sedih lihat orang tuanya minder dengan orang tua lain. Itu sebabnya ia ingin orang tuanya bisa bangga dengan anak-anaknya.

Ah… mulia banget nggak sih motivasinya.

Anak pintar dan punya banyak prestasi seperti Iman emang punya masalah apa sih dalam hidupnya?

Nah ini yang menarik. Iman sangat terbuka berbagi tantangan-tantangan dalam hidupnya. Kita jadi bisa melihat bagian bawah dari gunung es kesuksesan yang jarang bisa kita lihat dari mereka yang sudah ada di puncak.

Iman cerita bagaimana ia ketika SMP sempat dilempari sampah saat mencalonkan diri jadi Ketua OSIS. Sebuah kejadian yang sangat melukai harga dirinya dan sempat membuatnya sangat sedih.

Ada lagi cerita saat ia dimaki gurunya di depan anak lain dan bilang: “Kamu enggak akan jadi orang! Semua yang kamu mimpiin itu ketinggian! Jangan mimpi!”

OMG, ini serius ada guru yang bilang seperti itu ke muridnya? Asli tega banget tu guru. Entah apa pendapatnya kalau lihat seorang Iman Usman sekarang.

Segitu aja masalahnya?

Belum! Masih ada masalah nyaris nggak keterima di SMA impian karena adanya praktek-praktek kecurangan di sekolah (ini masalah klasik sekolah negeri favorit di mana pun). Ada juga masalah nggak dapat kerja setelah lulus kuliah S1 padahal lulus dengan predikat Cumlaude dengan prestasi skala internasional yang luar biasa.

Iman juga bukan anak pulau Jawa yang punya banyak privilege. Iman adalah anak pulau sebrang. SMP dan SMA-nya di Padang. Baru kemudian diterima melalui jalur undangan ke Jurusan Hubungan Internasional UI tahun 2009.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Iman sudah mulai bisa mencari uang sendiri sejak SMP.

Yang menarik dari buku ini adalah bagaimana Iman menyelesaikan masalah-masalahnya. Bagaimana ia memilih untuk menyikapi masalahnya. Iman nggak memilih sibuk menangis di pojokan dan menyalahkan orang lain. Tapi ia mengambil keputusan-keputusan yang tidak biasa dan sangat berani kalau menurut saya.

pengalaman Iman Usman


Semua itu tidak terlepas dari gaya mendidik orang tuanya yang mengajarkannya untuk bertanggung jawab pada pilihan sendiri, memberikan kepercayaan atas pilihan anak, dan cukup tega untuk melatih anak mandiri sejak usia dini.

Cerita Iman tentang orang tuanya ini juga yang menurut saya membuat buku ini sangat bagus dibaca oleh para orang tua yang punya anak remaja. Kita bisa belajar bagaimana orang tua Iman yang hanya lulusan sekolah menengah, namun bisa punya wawasan yang begitu luas dalam mendidik anak-anaknya.

Para remaja juga bisa belajar bagaimana sih seorang Iman yang mengaku tidak terlalu pintar dan nggak mudah menghapal untuk belajar, memilih organisasi, menemukan sekolah yang tepat, atau memotivasi diri.

Dalam buku ini, Iman menjawab banyak sekali pertanyaan orang-orang yang sebelumnya diajukan di Instagramnya. Ada juga cerita dari teman-temannya sejak masa sekolah menengah.

Makasih banget buat Iman Usman yang sudah menuliskan pengalaman berharganya untuk bisa menjadi inspirasi buat para remaja yang mungkin masih banyak galaunya. Mudah-mudahan banyak anak-anak Indonesia bisa belajar dari pengalaman itu untuk mengatasi masalah mereka masing-masing.

Bagaimana? Tertarik baca buku ini?

Buku Masih Belajar bisa didapat di toko-toko buku. Harga resminya Rp 98.000,-. Ada versi diskon 15% kalau beli di jaringan Togamas. Untuk versi digital, kita bisa bebas membacanya di Gramedia Digital jika berlangganan Rp 89.000,- per bulan.

Masih Belajar Gramedia Digital
Buku Masih Belajar bisa di download di Gramedia Digital

Data Buku Masih Belajar

Judul: Masih Belajar
Penulis: Iman Usman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2019
Halaman: 224 halaman (14x21cm)
Penyunting: PT Simpul Aksara Group
Harga: Rp 98.000,-


(1150 kata)
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Mengapa Para Remaja Perlu Baca Buku Masih Belajar-nya Iman Usman?"