Mengapa Perempuan Mudah Merasa Imperfect dengan Tubuhnya?



Dulu saya sering mengira rasa minder karena bentuk tubuh yang tidak sempurna itu hanya dihinggapi oleh mereka yang tubuhnya benaran diluar standar Body Mass Index (BMI) normal.

Ya yang kegemukan dengan BMI di atas 25 atau kekurusan kaya saya yang BMI-nya di bawah 18.5. Sebuah angka valid yang saya percaya mengukur standar kurus gemuknya seseorang.

Ternyata itu nggak selalu benar juga ya. Makin lama kok ya makin banyak dengar teman-teman yang mengeluh dengan kondisi tubuhnya. Padahal kalau dilihat, itu sih masih berada dalam standar berat normal. Jangan salah, rentang berat normal itu bisa sampai 15 kg loh.

Kadang rasa tidak nyaman dengan penampilan bukan hanya urusan berat badan. Kulit muka berflek atau berpori besar, hidung yang pesek, kulit yang gelap, bisa bikin perempuan benar-benar nggak nyaman sama tubuhnya. Ini benar-benar masalah yang serius buat perempuan. Kita benar-benar haqul yakin kalau perempuan itu dinilai dari penampilannya.

Jadi wajar saja, ketika Mamak Meira Anastasia  mengeluarkan buku yang mengangkat pengalaman menghadapi masalah ketidaknyamanan bentuk tubuhnya, buku tersebut langsung disambut gempita oleh para perempuan.

Buku Imperfect yang terbit pada 7 Mei 2018, hanya memerlukan waktu 1 minggu untuk naik cetakan kedua.

Padahal harga bukunya 135 ribu rupiah loh! Uang belanja 3 hari itu.

Saya ingat sekali, ketika melihat buku ini di Gramedia pada saat awal terbitnya. Langsung kepincut sama cara bagaimana penulis mengajak kita untuk benar-benar larut merasakan nggak enaknya dinilai secara fisik. Apalagi jika itu terbuka di media sosial. Duh itu ya!

Tapi bagaimanapun, kita perlu berterima kasih juga kepada si penghina itu. Kalau dia tidak menghina sesadis itu, kemungkinan besar Meira Anastasia tidak akan pernah menulis buku sekeren Imperfect.

Jadi moral story-nya, nggak usah cengeng lah kalau dihina-dina. Bukan nggak mungkin itu jalanmu buat mendapatkan rejeki yang lebih besar.

Siapa sangka juga, dari kesel dihina di Instagram, Meira Anastasia jadi lebih semangat untuk memperhatikan kesehatannya.

Mulai dari olahraga 15 menitan di kamar beberapa kali seminggu, ikutan nge-gym, buat video workout di Instagram, kepikiran buat menjajal operasi payudara, buat buku, sampai ke buat film yang hingga hari ini ditonton oleh 2,5 juta orang lebih!

Terharu banget nggak sih…

Sumber: IG @meiranastasia

Apa yang saya pelajari dari buku Imperfect?

Ada banyak hal menarik yang membuat saya merasa nggak rugi baca buku yang konten utamanya setebal 129 halaman. Bahasanya asyik banget. Juga gambar-gambar komik stripnya Puty Puar bikin buku terasa hidup dan semangat membacanya sampai tamat. Eh...tau-tau sudah khatam saja baca buku ini 2 hari.

#1 Pengalaman nyata seorang Meira Anastasia

Saya belajar contoh nyata dari pengalaman Meira menyikapi komentar orang lain. Bukan pundung, bukan marah, dan nangis dipojokan aja. Tapi take action. Dan take action-nya itu, bukan secara instan ya. Hari ini dikerjakan, hasilnya mau terasa minggu depan.

Bukan itu yang dilakukan Meira. Salut banget deh dengan konsistensi seorang Meira Anastasia menjaga kesehatannya. Ini mungkin yang mahal dari buku ini. Pengalaman nyata seorang survivor kekejaman netizen instagram. Ha...ha…

Mulai dari Februari 2016, Meira mulai dengan olahraga 15 menitan di rumah. Cukup modal matras, aplikasi workout dan NIAT untuk 3-4x seminggu. Ia melakukan ini selama 6 bulan, sebelum kemudian ikut gym dengan personal trainer.

Setelah PD dan merasa cukup punya ilmunya, baru deh Meira mencoba meracuni kita-kita yang malas olahraga ini untuk workout dari rumah. Ia berbagi videonya dengan tagar #MeiraHomeWorkoutTutorial.

Bener banget ini. Kalau diajak 15 menitan di rumah, kayanya nggak terlalu susah sih. Nggak kaya harus olahraga ke luar rumah. Kudu mikirin pakai baju apa, naik apa ke sana, ngobrol sama teman dulu lah, dan akhirnya 2-3 jam pun berlalu.

Kalau hanya 15 menitan di rumah rasanya lebih masuk akal. Kalau saya sukanya ikutan videonya Walk at Home 1 Mile Leslie Sansone di You Tube. Asyik banget loh itu. Cukup dengan menyelipkan 15 menit sehari di sela-sela urusan rumah tangga.

#2 Kejujuran Meira

Dari keberanian Meira untuk jujur dalam bukunya ini, saya merasa jadi ada teman. Saya kira banyak perempuan yang merasa related dengan cerita yang disampaikan dalam buku ini. Kita jadi bisa melihat cara berpikir positif seorang Meira dalam menghadapi masalah body shaming ini. How's she deal with it.

Saya suka bagian bagaimana usaha Meira saat ingin melakukan operasi payudara. Jadi tahu kalau prosesnya ternyata seperti itu. Rasanya saya jadi bisa lebih cinta sama badan ini deh, setelah membaca cerita itu.

#3 Jangan pernah becanda urusan body shaming

Nggak ada cerita lucu-lucuan atau ngerasa sudah akrab. Pokoknya segala sesuatu yang mengomentari fisik sebaiknya dihindari saja.

Bukan apa-apa sih, sejujurnya itu nggak terlalu berguna kok. Orang biasanya sudah cukup sadar diri dengan segala kekurangannya. Kita semua punya cermin kok. Jadi kalau bisa, nggak usah lah basa-basi soal urusan fisik dengan dalih ingin lebih perhatian. Mending ngasih perhatiannya sama urusan yang lain saja.

Ini juga perlu dilakukan di dalam rumah tangga. Ya sama pasangan atau sama anak. Body shaming dalam anggota keluarga, kadang kala efeknya bisa sangat membekas hingga dewasa. Bisa karena hal itu dilakukan oleh orang-orang yang paling dekat dengan kita.

Sumber: IG @meiranastasia

#4 Pesan untuk tidak menilai tubuh dari timbangan

Siapa coba yang suka stres lihat angka di timbangan? Nah di buku ini, saya diajarin untuk jangan menilai angka yang ada di situ. Tapi lihatlah ukuran lain dalam menilai kondisi tubuh. Misalnya ukuran pakaian, foto after dan before, lingkar perut, atau tubuh yang jadi nggak mudah capek. Jadi jangan semata-mata terpaku pada angka timbangan saja ya.

Kok ya jadi ingat saat angka berat badan saya ideal di timbangan. Itu adalah saat saya hamil 9 bulan. 2 minggu setelah melahirkan, kembali kempes lagi. Duh!

#5 Ada panduan workout tutorial dan makan sehat

Ini bonus yang penting. Lumayan jadi tahu bagaimana versi workout yang benar ala Meira dan makan sehat yang ia jalankan.

Oh iya, image mengenai isi buku saya ambil dari IG @bukugpu atau @meiranastasia ya. Maklum kalau bacanya di Gramedia Digital, bagian buku yang menariknya nggak bisa di screenshoot. 

Sumber: IG @bukugpu


#6 Pokoknya mulai dulu

Bagian yang ini yang bikin saya benar-benar jatuh cinta dengan buku Imperfect. Ada sebuah bab berjudul “Mulai” dengan tulisan “dari mana” yang dicoret. Ya nggak usah kebanyakan mikir mau mulainya darimana dan pakai berjuta alasan. Mulai lah aja dulu.

#7 Perubahan mindset adalah yang utama

Nggak nyangka ya ini bisa penting banget. Bukan sekedar perubahan fisik yang penting. Tapi juga cara pandang kita. Mengenai untuk siapa sih kita perlu tampil sehat? Kenapa kita perlu tampil sehat? Apa untuk sekedar memenuhi ekspektasi orang lain?

Sebuah bab yang bikin kita harus berhenti dan menarik napas untuk mulai merenung.

#8 Jangan lupa untuk bersyukur

Seperti jargonnya, “Ubah insekyur jadi bersyukur.” Jangan pernah lupa untuk mensyukuri semua kelebihan yang sudah ada ditangan kita saat ini.

Sumber: IG @meiranastasia

Apakah Filmnya sama dengan bukunya?

Filmnya jelas memang bukan bercerita tentang seorang Meira yang istrinya Ernest Prakasa dan mamaknya Sky dan Snow. Tapi film itu saya nilai sangat sempurna menggambarkan pesan yang ingin disampaikan dalam buku.

Pesan bagaimana seorang perempuan bernama Rara menyikapi body shaming yang ia terima dari lingkungan. Mulai dari keluarganya sejak kecil sampai dengan budaya di kantor yang menuntut perempuan untuk tampil menarik jika ingin berhasil.

Di sini saya suka pilihan ending film ini. Boleh ya saya agak spoiler. Eh bukan spoiler juga sih, itu kan di triller sudah ada juga tampilan akhir sosok Rara.

Yup, Rara bisa berubah jadi cantik loh dan ia mendapatkan semua yang selama ini diimpikannya.

Ya kita semua bisa berubah jadi cantik jika kita benar-benar mengusahakannya dengan merawat kesehatan. Itu adalah pesan yang penting.

Jaga kesehatan, olahraga, makan sehat, cintai diri sendiri, dan jangan sekali-kali lupa mensyukuri apa yang sudah kita raih sejauh ini. Jangan sampai ngejar pengen cantik, yang lain yang sudah di tangan malah hilang semua. Nggak asyik juga kan kalau seperti itu.

Jadi mending nonton filmnya atau baca bukunya saja? 

Kalau saya merasa membutuhkan dua-duanya. Biasanya saya lebih suka baca buku daripada menonton film. Buat saya buku itu lebih detil dan mendalam bahasannya. Sementara film sudah sari-sarinya saja. Versi ringkas buku dalam 2 jam.

Tapi film Imperfect ini membantu membungkus pemahaman kita ke dalam sebuah cerita yang terasa begitu dekat dengan keseharian. Tokoh-tokoh pendukung dalam film juga terasa mewakili banyak perempuan.

Favorit saya tokoh Fey yang diperankan Shareefa Daanish. Fey ini ceritanya sahabat Rara yang nggak terlalu pusing soal penampilan. Nyantai aja...

Dibanding semua film Ernest Prakarsa, film Imperfect menurut saya karya Ernest terbaik. Skenarionya bagus banget. Nggak ada dialog-dialog garing yang terkadang saya temui dalam film-film Ernest sebelumnya.

Entah efek sudah banyak belajar, atau karena film istrinya ya? Karena kalau sampai jelek, kan bisa panjang urusannya.

Siapa yang perlu membaca dan menonton film Imperfect?

Saya rasa semua perempuan atau mereka yang memiliki perhatian terhadap body image perlu untuk membaca dan menonton Imperfect. Ceritanya Indonesia banget. Masalah yang mewakili jutaan perempuan di Indonesia.

Enaknya sih nonton film ini sama teman perempuan atau anak gadis. Biar lebih asyik diskusinya. Eh, tapi kalau mau nonton sendiri juga nggak masalah sih. Sekalian Me Time gitu ya.



Bagaimana teman-teman? Sudah siap buat workout hari ini?

Atau mau nonton film Imperfect dulu di bioskop? Mumpung masih tayang tuh. Menuju 3 juta penonton loh!

Untuk bukunya, kini tersedia versi yang lebih murah dengan cover softcopy bergambar film Imperfect. Harganya hanya Rp 95.000,- saja. Kalau yang cukup puas dengan versi e-book, Imperfect bisa di download di Gramedia Digital Premium loh.

Data Buku

Penulis: Meira Anastasia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, cetakan pertama 7 Mei 2018
Halaman: 213 halaman
Harga edisi softcopy: Rp 95.000,-
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Mengapa Perempuan Mudah Merasa Imperfect dengan Tubuhnya?"