Ketika Mama Kecanduan Game



Pusing karena anak-anak kecanduan game? Itu kayanya masalah standar buat para orang tua ya. Nah bagaimana dengan orang tuanya sendiri? Bagaimana kalau orang tuanya yang kecanduan game?

Emang ada orang tua yang begitu kurang kerjaan sehingga sempat main game? Mungkin kalau kecanduan melototin sosial media seperti IG, Facebook, atau group WA banyak dari kita yang mengalami. Tapi kalau game, apa iya masih sempat?

Raka anak saya sering mengajak saya main game Mobile Legend. Duh, asli saya nggak ngerti dan nggak berminat sama sekali dengan game itu. Walau Raka sudah menceritakan tentang detil game itu sampai berbusa-busa, saya tetap nggak berminat untuk main game dengan strategi yang rumit seperti itu.


Mantan Pecandu Game

Tapi dulu ketika saya baru menikah dan hamil anak pertama, saya sempat jadi pecandu game. Dulu game favorit saya adalah Zuma. Iya, game yang lempar-lempar bola dan mengeluarkan suara kodok itu. 

Waktu itu saya sanggup main game dari jam suami ke kantor sekitar pukul 7 pagi sampai pukul 5 sore saat suami pulang. Asli nggak bergerak dari depan laptop selama 8 jam. Parah!

Kemudian sempat juga suka main game Candy Crash. Pokoknya game kesukaan saya yang cemen-cemen nggak pakai mikir gitu lah. 

Ketika dapat Ipad lungsuran, saya sempat kenal game Smurf Village bawaan dari Ipad adik saya. Sekali lagi game ini bikin ketagihan abis. Waktu berjam-jam jadi seperti tidak terasa. Benar-benar pengalihan pikiran yang sempurna.

Beberapa hari ini saya lagi kangen sama Smurf Village dan mulai menginstallnya lagi di hp. Game ini rasanya seperti belajar tentang kehidupan. Mengatur bagaimana strategi agar dapat hidup tenang dan berkecukupan dengan sejumlah tugas yang dibebankan kepada kita. Pinteran deh yang buatnya.


Tiba-tiba kangen game ini.


Sisi Positif Game

Menurut saya game itu sebenarnya punya sisi bagusnya. Walau memang sisi mudoratnya lebih besar. Bukan apa-apa, efek candunya memang luar biasa. Hanya orang dengan tingkat keimanan yang tinggi yang mampu menanganinya.

Game itu bisa membantu kita mengalihkan pikiran ke hal yang lain. Tidak terlalu tegang dengan masalah yang kita hadapi dalam hidup. Kalau lagi pusing-pusing, seru juga mengalihkan waktu dengan bersantai main game. Entah kenapa, game itu bisa membuat kita fokus dengan permainan. Bisa lupa sama yang lain. Efek ekstasinya dasyat.

Dalam bermain game, ada tantangan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan kita. Tidak terlalu sulit dan tidak terlalu gampang. Kita akan begitu tergoda untuk terus menerus menunjukkan peningkatan kemampuan kita. 

“Saya pasti bisa ini!”
“Wah sedikit lagi naik level nih.”
“Ada kejutan apa ya di level yang lebih tinggi?”

Adanya reward atau apresiasi turut membuat kita semakin betah main game.


Bagaimana cara berhenti dari ketagihan main game?

Kalau untuk urusan game, saya sebenarnya tidak pernah meniatkan berhenti secara khusus. Umumnya saya berhenti karena saya punya kesibukan lain yang lebih asyik.

Ya saya kira ini kunci utama kita bisa berhenti dari kebiasaan yang tidak baik. 


Carilah kebiasaan baru yang bisa menggantikan kebiasaan lama tapi memiliki efek yang sama. 

Misalnya efek yang saya inginkan saat main game adalah rasa ingin tahu pada sesuatu yang baru. Maka ketika anak saya lahir, saya menemukan sesuatu yang baru dari bayi saya yang lucu banget. Saya suka mengurusnya, memandikannya, menyusuinya, memeluknya. 

Langsung lupa saya sama main game. Tiba-tiba game menjadi tidak ada asyik-asyiknya buat saya. Semua rasa yang saya butuhkan, sudah bisa terpenuhi tanpa harus main game. 

“Duh sekarang nggak sempat lagi deh main game!”

Sebagai mantan pecandu games ece-ece, saya jadi lebih paham kalau anak-anak suka main game. Saya jadi bisa memahami mengapa anak-anak suka game elektronik. Anak-anak itu sudah cukup tertekan dengan kegiatan mereka sehari-hari, makanya perlu pelarian dengan bermain game. 

Disinilah tugas kita sebagai orang tua untuk bisa membantu anak-anak mencari pengalihan lain yang lebih sehat. Bukan dilarang begitu saja. 



Apa sih tandanya kecanduan game?

Kalau saya sih patokannya adalah kita tidak bisa lagi berhenti main game dan melupakan hal-hal yang prioritas. Selama masih dalam dosis yang sehat dan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, saya kira masih bisa ditolerir. Kalau pun jadi ketagihan, paling juga semingguan, setelah itu paling lupa atau nggak sempat juga. 

Harus kita akui, main game komputer/hp adalah cara yang mudah untuk melepas stress. Tidak perlu banyak repot bergerak atau mengeluarkan uang. Walau sekarang banyak game yang bisa menguras uang kita dengan sadisnya. 

Itu sebabnya kita perlu mengenal beragam alternatif untuk melepas stress dengan sehat. Banyak kok alternatif kegiatan lain selain game. Seperti menonton film, membaca, mengobrol, jalan-jalan, memasak, atau main game yang bukan elektronik. 

Game yang bukan elektronik misalnya catur, rubik, halma, dan macam-macam board game yang seru-seru. Game-game non elektronik ini memang membuat kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Interaksi dengan orang lain ini lah yang bisa membantu kita melepas stress.

Main sama anak-anak juga bisa seru loh. Bisa main lego, mobil-mobilan dengan anak laki-laki atau main masak-masakan dengan anak perempuan.

Kesimpulannya, saya hanya mau bilang kalau otak kita butuh bersantai dan bersenang-senang menikmati hidup. Nggak tegang melulu memikirkan tuntutan lingkungan yang tidak ada habisnya. Jadi tidak ada salahnya jika kita sesekali bermain game untuk bersenang-senang. Tentu saja asal tidak sampai kecanduan berlarut-larut.



#ODOPNovemberChallenge



750 kata, 1 jam
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Ketika Mama Kecanduan Game"