Berapa Banyak Jilbab yang Kita Butuhkan?

 

jilbab ceritashanty

Pada pernah nonton film Buy Now! The Shopping Conspiracy nggak? Sebuah film dokumenter tentang bagaimana kita dipaksa untuk belanja, belanja, dan belanja sebanyak-banyaknya oleh para produsen. Kita awalnya yang sebenarnya cukup dengan 1 barang, tiba-tiba merasa wajib untuk punya 10. 

Rasanya sedih sekali melihat bagaimana banyaknya barang yang ada di dunia ini ternyata malah jadi sampah yang merusak lingkungan. Pokoknya habis nonton film itu, semangat beli barang jadi bisa ditekan.

Sebuah film yang sangat saya rekomendasikan bagi teman-teman yang meleng dikit tiba-tiba cek out.

Saya sendiri pada dasarnya bukan orang yang suka beli-beli barang sih. Bukan apa-apa, duitnya kurang banyak aja. Dipikir-pikir ya, orang dengan budget terbatas dan tidak memungkinkan untuk hidup konsumtif itu sebenarnya adalah orang yang memberikan kontribusi positif pada lingkungan. Jadi syukurilah, kita terhindari dari dosa yang lebih besar.

Setelah lama ditunda-tunda, pagi ini saya memutuskan untuk melakukan konmari tipis-tipis koleksi jilbab saya. Perasaan saya tu pakai jilbab kok ya itu-itu saja. 

Memang sih, jilbab saya itu tersebar tidak rapi di beberapa lokasi lemari. Ada yang di gantungan, ada yang terlipat, ada yang di lemarinya anak, sampai saya sendiri lupa punya jilbab warna apa saja.

Akhirnya sesuai teori konmari, saya mengumpulkan semua jilbab saya yang tersebar di beberapa tempat. Lalu saya urutkan berdasarkan warna. 

Masya Allah jadi ketahuan betapa banyaknya jilbab saya yang semotif dengan warna yang mirip-mirip. Totalnya sekitar 2 lusin lah. 

Saya ini punya 2 lusin jilbab, tapi merasa pakai jilbab itu-itu saja. Dan saya merasa perlu beli lagi dan beli lagi. Rasanya kok ya ada yang salah. Padahal jilbab kan bukan tipe bahan yang mudah rusak. 

Ya sudah, kasih saja ke orang lain? Lalu beli baru lagi, kenapa juga repot. 

Koleksi jilbab awal 2025

Masalahnya, pakaian daur ulang saya kok rasanya makin banyak saja. Kemarin baru ngasih orang sekantung besar. Ini karena beberes sedikit, sudah ada sekantung lagi. Semudah itukah kita mengeluarkan barang yang kita miliki demi menyediakan tempat untuk barang baru? Dan apa benar, barang-barang bekas kita akan benar-benar dipakai orang? 

Bukan tidak mungkin barang kita hanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Menambah beban alam ini. Persis seperti yang diceritakan dalam film Buy Now itu. 

Serem deh lihat bagaimana limbah kain dan sepatu berakhir mencemari pantai. 

Idenya adalah BERHENTI BELI BARANG BARU! Jadi bukan masalah bisa di daur ulang atau tidak, tapi lebih ke benar-benar meminimalisir nafsu membeli barang baru. 

Ini PR banget sih buat saya. Bagaimana cara kita biar tetap PD dengan jumlah jilbab yang tidak perlu terlalu banyak? Mungkin nggak ya, kita tetap bisa gaya dengan jumlah jilbab dan pakaian yang terbatas saja?

Ditambah sebagai perempuan, kita gampang sekali bosan. Maunya sih gonta-ganti gaya ya. Tiap di foto, selalu ada yang baru. Halah, ini namanya mempersulit hidup!

Saya mulai terpikir, apa mending kita punya jilbab polos semua saja ya? Punya warna monokrom senada gitu. Lalu putar-putar saja itu dari waktu ke waktu. Tidak perlu lagi punya banyak motif dan banyak warna sekaligus. Mungkin maksimal punya 6-12 warna dasar saja seperti pensil warna. 

Apa ada yang seperti itu? Kamu sendiri bagaimana pengaturan jilbabmu? Tipe punya jilbab jumlah minimalis atau punya 4 lusin jilbab? Share ya di kolom komentar. 


Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mama yang sedang semangat belajar menulis demi bisa bayar zakat sendiri.

Posting Komentar untuk "Berapa Banyak Jilbab yang Kita Butuhkan?"